Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ramadan Tiba: Kuatkan Fisik, Lembutkan Hati, dan Luruskan Motivasi

12 April 2021   21:02 Diperbarui: 13 April 2021   02:13 2677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan Tiba. Dok. Canva/olah pribadi

Alhamdulillah! Akhirnya kita berjumpa lagi dengan bulan Ramadan 1442 Hijriyah. Jujur, aku tadi sempat ambyar seraya bersyukur. Ketika berangkat ke kantor disdikbud, aku melihat TPU sedang ramai karena ada kegiatan pemakaman jenazah.

Ketika itu pula aku sedih sembari membayangkan, alangkah sedih jenazah tersebut karena tinggal 1 hari lagi sebenarnya ia bisa berjumpa dengan bulan yang penuh hikmah.

Dan di sisi yang sama, aku merasa sangat bersyukur karena masih diberikan kesempatan umur untuk menambah amal, memperbaiki diri, serta menggapai berbagai keutamaan yang terselip di bulan Ramadan tahun ini.

Ya, meskipun pandemi tetap membuat langit negeri ini mendung, kita tetap optimis. Toh, kita hanya perlu berusaha semaksimal mungkin untuk tetap sehat. Pandemi juga mengajarkan kepada kita agar tidak perlu melakukan hal-hal yang nirfaedah seperti kumpul-kumpul yang gak jelas.

Tapi, kalau perkumpulannya untuk berbagi kebaikan, nah itu beda lagi, gaiss!

Selain mengusir segenap hal nirfaedah, dalam menyongsong tibanya Ramadan rasanya kita perlu menata fisik, hati, dan motivasi.

Terang saja, dalam kurun waktu 29-30 hari berpuasa kondisi fisik kita pasti ada masanya naik dan ada masanya turun. Begitu pula dengan hati dan motivasi. Jadi, kita bredel satu-satu, ya:

Kuatkan Fisik

Ramadan adalah bulan yang mulia, maka dari itulah kita perlu menguatkan fisik agar selalu sehat. Berhentilah melakukan aktivitas begadang jikalau tidak perlu, bahkan dalam konteks ibadah sekali pun.

Allah telah menyediakan kita 24 jam sehari, dan semaksimal mungkin kita upayakan 6-8 jamnya untuk istirahat. Syahdan, bolehkah kita beribadah 24 jam dengan dalih tida menyia-nyiakan keutamannya?

Kalau gara-gara ibadah kondisi fisik kita jadi menurun bahkan sakit, itu bukan ibadah namanya melainkan menyiksa diri. Nah, mendingan kita jadikan tidur sebagai ibadah, bukan?

Begitu pula dengan aktivitas lainnya. Nikmatnya berpuasa selain berbuka adalah sahur. Maka darinya, kita gapai berkah puasa dengan senantiasa melaksanakan sahur.

Tak perlu harus bangun jam 1 malam, mendingan kita cari waktu akhir menjelang azan Subuh. Tentu saja agar kita tidak ketinggalan shalat Subuh. Hahaha

Dan kalau perlu, konsumsi vitamin jikalau ragu bahwa tubuh ini akan mengalami dehidrasi. Ya, lagi-lagi ikhtiar mencari rezeki kan tidak perlu terlampau keras, kan? Harus seirama ikhtiar dan ibadah.

Lembutkan Hati

Bulan Puasa kita dituntut untuk sabar. Salah satu rukun puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Bukan sekadar lapar dan haus, melainkan juga menahan hawa nafsu yang terkadang menggelora.

Salah satu nafsu yang rajin bertamu ke sanubari ialah marah dan ghibah. Kedua perilaku ini sesungguhnya tidak membatalkan puasa. Hanya saja, makin kita sering marah dan menggunjing, makin hanguslah pahala puasa.

Lebih dari itu, marah juga bisa mengeraskan hati karena dikatakan dalam kalam Nabi bahwa marah merupakan sifatnya setan. Bahaya! Artinya, kita benar-benar diminta untuk sabar. Semakin sabar, semakin takwa.

Pun demikian dengan ghibah. Dikatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub, mulutnya orang yang berghibah itu seperti diolesi madu oleh setan. Maka dari itulah orang yang menggunjing kadang susah untuk berhenti, soalnya topik ghibah selalu manis untuk dibahas. Hiks

Luruskan Motivasi

Segala sesuatu bergantung dan berawal dari niat, begitu pula dalam berpuasa. Untuk merengkuh takwa, tentu kita perlu meluruskan niat ibadah hanya kepada Allah Ta'ala. Jika niat kita sudah serong, maka serong pulalah hasil yang bakal didapat.

Niat tidak sekadar nawaitu, melainkan juga diikhtiarkan dan diperjuangkan. Lebih-lebih puasa adalah ibadah kita untuk Allah, kan? Ya, puasa ibarat ujian ketulusan yang Allah berikan kepada kita selaku orang-orang yang beriman.

Makin tulus berpuasa, makin mudah merengkuh takwa. Sebaliknya pula demikian.

Maka dari itulah, sejak H1 Ramadan, motivasi berpuasa perlu diluruskan. Semangat berpuasa mestinya setiap hari, bukan sesekali ketika dibangunkan sahur oleh doi semata. Jika begitu niatnya, maka motivasimu bengkok.

Begitu pula dengan amalan pengiring puasa lainnya seperti bersedekah maupun Shalat Tarawih.

Bulan puasa makin banyak sedekah, itu bagus. Tapi, motivasinya tetap hanya untuk berbagi, bukan agar dipandang masyarakat sebagai sosok dermawan.

Shalat Tarawih pula demikian. Shalat bukan untuk pamer, melainkan untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Sedari awal, motivasi beribadah kita patut diluruskan. Kalau bengkok, luruskan lagi, kalau serong, luruskan lagi.

Dikatakan oleh Abraham H. Maslow bahwa motivasi merupakan sesuatu yang tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat kompleks dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan organisme.

Artinya, kurva fluktuasi motivasi beribadah kita harus diusahakan untuk terus naik. Jika sedang turun, bakar lagi semangat beribadah. Terus, terus, dan jangan putus asa untuk menggapai ridha Allah.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun