Hasilnya? Rata-rata artikelku per bulan duduk di angka 50-60 tulisan, sedangkan K-Rewards stabil di angka Rp400-500K. Bagi jomlo sepertiku, itu lumayan. Dan yang terpenting adalah, waktu kesendirian kumanfaatkan untuk hal yang bermanfaat.
Barulah ketika menemukan postingan artikelku di halaman Facebook Kompasiana, aku mulai menyadari bahwa ternyata masing-masing artikel itu punya jalan kebermanfaatannya sendiri.
Seperti contoh, artikelku yang berjudul "Dulu Tidur Siang Serasa Hukuman, tapi Sekarang Begitu Dirindukan" telah dibagikan sebanyak 3ribu orang dari halaman Facebook Kompasiana. Sungguh, aku kaget beneran!
Kadang aku malah berpikiran aneh, kok bisa ya artikel sereceh itu bisa di-share ribuan orang. Orang beneran lho, bukan jingling, bot, atau sejenis makhluk astral lainnya.
Kejadian yang ngagetin itu terjadi pada awal tahun 2020. Niatku? Masih terobsesi kepada K-Rewards dan menulis beragam kategori. Hanya saja, rasa-rasanya aku sudah semakin sering menulis artikel edukasi gegara dunia pendidikan sangat dekat denganku.
Dalam hati aku pun berkata:
"Ya sudah. Rasanya seru juga menulis edukasi. Aku bisa ngomel-ngomel, menumpahkan kekesalanku atas timpangnya kualitas pendidikan di pusat dan daerah, serta segunung keresahan lainnya."
Gara-gara Benda Ini, Aku Berpikir Berulang Kali untuk Cuti Menulis
Sebenarnya, sejak awal bergabung dengan Kompasiana aku sudah memutuskan untuk menulis sampai bulan Januari 2021 saja. Lewat dari bulan Januari aku ingin fokus menyelesaikan studi setelah kemarin cuti.
Intinya, aku ingin cuti menulis. Ya, setidaknya selama satu tahun, atau minimal setengah tahun. Tapi, apa yang terjadi?
Saat ini aku malah mengurusi blog pribadi, masih terus menulis di Kompasiana, walaupun dari segi kuantitas sudah tidak sebanyak dulu.