Masing-masing sekolah punya karakter, keunikan, serta kekhasannya sendiri. Alhasil, otomatis ada beragam jalan tempuh bagi sekolah untuk menyediakan layanan pendidikan secara maksimal, kendati dalam kondisi terbatas.
Mengapa ada sekolah yang cepat menggelar tatap muka?
Sejauh yang kuamati, ada pergerakan aktif antara guru, kepala sekolah, serta pengawas dalam berkomunikasi dengan Pemda setempat.
Awalnya bermula dari kegelisahan orangtua murid, syahdan para guru berdiskusi demi meracik sistem pengajaran dengan kondisi terbatas namun aman, sedangkan sisa perjuangan diserahkan kepada kepala sekolah.
Jika sistem sederhana tersebut berjalan, otomatis persiapan pembukaan sekolah tatap muka bisa dimaksimalkan, terutama dengan keterlibatan aktif Pemda dalam memenuhi standar kesehatan dan kesiapan sekolah.
Jika tidak begitu, atau malah kita semua menunggu vaksinasi selesai 100%, maka kapan kualitas pendidikan di era pandemi bisa kita dobrak untuk segera berkemajuan?
Mas Nadiem sendiri yang mengatakan bahwa fakta di lapangan baru ada sekitar 22 persen sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. Sedangkan zona hijau baru menyentuh angka 41 persen.
Sayangnya, penyerahan wewenang penuh kepada Pemda terkait keputusan pembukaan sekolah tatap muka malah terkesan jadi "alat dalih" bagi Mas Nadiem.
Pada sesi Instagram Live bersama Youtuber Jerome Polin (30/03/2021), Mas Mendikbud malah berucap bahwa beliau bingung juga mengapa terus ditanya terkait pembukaan sekolah tatap muka, padahal sudah ada SKB 3 Menteri yang menerangkan bahwa Januari bisa buka sekolah.
Lebih dari itu, SKB 3 Menteri yang rilis pada akhir Desember 2020 saja sudah memakan 3 kali revisi.
Ditambah dengan rilisnya SKB 4 Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri, berarti ada 4 perubahan yang sudah dilakukan demi memastikan kesiapan.