Emak mengiyakan, dan beliau tidak sedikit pun bertanya tentang tujuan awal mengapa aku merantau. Aku terlupa hari itu, soalnya diri ini sudah tidak semangat lagi.Â
Ada 1 hal tentang resign yang selalu aku ingat hingga hari ini, yaitu aku mengantarkan surat pengunduran diri tepat di tanggal ulang tahunku. Hahaha.
Sesampainya di tanah kelahiran, bahkan hingga sekarang, aku semakin menyadari bahwa pekerjaan "salah profesi" tidak selamanya buruk, tapi juga tidak selamanya baik.
Kukatakan tidak selamanya buruk karena berbagai profesi apa pun di luar bidang yang dikuasai dapat kita jadikan sebagai batu loncatan menuju profesi yang kita inginkan, sedangkan profesi batu loncatan tidak selamanya baik karena belum tentu menawarkan prospek yang terang.
Meski begitu, apa pun profesinya, aku tidak bisa memungkiri kata Emak.
Kata Emakku, beliau bangga dengan pekerjaan yang didapat secara halal, mampu memberikanku ruang gerak yang lebih luwes untuk menebar kebaikan, tidak pakai sogok-sogok, juga tidak lewat jalur "orang dalam".
Jadi, tidak ada yang salah dengan profesiku di tahun-tahun sebelumnya, walaupun profesi tersebut bertentangan dengan ijazahku yang bertuliskan sarjana pendidikan. Kata Emak, boleh kok!
Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H