Ketika kita berkisah tentang Kampus Mengajar, rasanya tidak sedikit dari teman-teman yang teringat dengan program keren bernama "Indonesia Mengajar" yang digagas oleh Anies Baswedan.
Ya, baik program Kampus Mengajar ala Nadiem dan program Indonesia Mengajar ala Anies keduanya ada kemiripan, yaitu sama-sama ingin mengirimkan tenaga pengajar terbaik ke sekolah SD di daerah 3T.
Maka dari dari itulah tidak sedikit netizen yang berkoar bahwa program Kampus Mengajar adalah copy-paste dari program Anies yang sudah eksis sejak tahun 2010.
Tapi ada bedanya, dan mungkin perbedaan ini semestinya bisa dijadikan kajian oleh Kemendikbud era Nadiem untuk dipetik poin-poin krusialnya.
Ya, sebagai pembanding, tenaga pengajar yang diutus oleh program Indonesia Mengajar adalah sarjana lulusan terbaik (S-1) yang masih berstatus fresh graduates.
Nantinya, para tenaga pengajar muda ini akan diminta untuk mengabdi alias mengajar di sekolah selama satu tahun. Tapi sebelum itu, mereka wajib mengikuti pelatihan selama 7 minggu.
Nah, sampai di sini, bisa dibayangkan keseriusan dari program. Sarjana alias lulusan terbaik yang jelas-jelas sudah tamat kuliah saja masih harus dibina lagi hingga 7 minggu. Hal tersebut menandakan bahwa persiapan dan pembinaan calon guru sangat-sangat penting.
Alhasil, berkaca dari kemiripan kedua program ini, rasanya Mas Nadiem bersama Kemendikbud dan Dikti perlu mengkaji lagi tujuan utama program.
Kalaulah tujuannya untuk membantu meningkatkan kesuksesan pembelajaran di SD daerah 3T, mengapa tidak sarjana yang baru lulus saja yang ditantang?
Secara, sarjana fresh graduates fokusnya tidak akan terpecah. Selain itu, kalau program mengajarnya digelar selama satu tahun, hasilnya bakal jauh lebih tampak dibandingkan dengan mengajar hanya 3 bulan saja.
Salam.