Benar. Benar bahwa siswa yang termasuk generasi Z dan A mudah bosan dalam belajar. Selain karena konsentrasi yang cenderung terbatas, dua generasi mudah sekali membuang perhatian belajarnya kepada khayalan lain.
Bahkan, tidak tanggung-tanggung, ada pula siswa yang jujur dan berani berkata kepada guru bahwa dirinya sudah bosan. "Bosan, Pak!"
Untuk mengakali hal tersebut, metode mengajar guru perlu banyak variasi. Selain itu, diupayakan jangan memulai pembelajaran dengan sistem dikte, catat rumus, maupun segenap teori lainnya. Datanglah kepada siswa dengan membawa fenomena, lalu kaitkan dengan materi ajar di hari itu.
Kurang Peduli alias IndividualisEmpati dengan Hal Terdekat Siswa, Fokus kepada Pengembangan Diri Siswa
Hemm, iya sih. Siswa sekarang kebanyakan kurang perhatian bahkan individualis. Fakta ini menjadi tantangan yang besar bagi guru.
Meski demikian, guru hari ini perlu sedikit lebih "milenial" dengan mengapresiasi sekaligus mendekati siswa dari nilai lebihnya. Misalnya, siswa A menyenangi Matematika, maka pacu siswa A tadi dari angka-angka, baru kemudian kaitkan dengan materi ajar di hari itu.
Siswa lainnya pun sama. Intinya, untuk menghadirkan empati siswa, kita perlu mencari tahu hal apa yang terdekat dengan siswa. Bisa dari kesukaan mereka maupun aktivitas sehari-hari. Hal ini berlaku baik PJJ maupun tatap muka.
Siswanya Sulit FokusÂÂ Guru Datang dari Minat Siswa
Dikit-dikit galfoks alias gagal fokus, begitulah ciri siswa generasi Z dan A ketika pembelajaran berlangsung. Saat belajar tatap muka saja sering begitu, apalagi ketika PJJ digelar? Mungkin siswa lebih senang membahas fitur-fitur Zoom dan GCR daripada bahas materi.
Tapi, biarlah. Hal itu sama sekali tidak salah karena minat masing-masing siswa sungguh berbeda. Maka dari itu, guru juga datang dari cara yang berbeda dan mengadaptasi gaya mengajar sesuai dengan apa yang siswa suka. Singkatnya, gaya mengajar guru=gaya belajar siswa.
Siswa Tidak menyukai Jadwal Rutin Lakukan Trial Error
Kalau kita berkaca pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) baik daring maupun luring, biasanya langkah-langkah pembelajaran yang tertera di sana begitu sistematis alias terurut.
Setiap aktivitas pembelajaran seringkali dimulai dari cek kehadiran, penyampaian materi inti, kompetensi yang harus dicapai, lalu langsung masuk teori. Di hari ini, jujur saja urutan pembelajaran yang demikian rawan mengundang kejenuhan. Apalagi daring, iya kan?