Misal, siswa X cenderung lebih di Matematika, tapi guru dekati dirinya dari seperangkat angka-angka. Bakal susah, serius! Matematika bukanlah keunggulan siswa X, padahal siswa X sebenarnya jenius, kan?
Albert Einstein pernah berkata:
"Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid."
Semua orang jenius. Tapi ketika dirimu menilai ikan dengan kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani hidup sembari percaya bahwa itu bodoh. Sama halnya dengan kambing yang dipaksa untuk terbang, hingga kucing yang dipaksa untuk balapan renang.
Terang saja pendekatan yang seperti itu adalah bahaya. Siswa nantinya cenderung akan merasa dirinya tambah lemah dan gagal. Padahal, yang gagal itu hanyalah peristiwa, kan?
Tentu saja. Siswa dan kita semua tidak pernah gagal. Ketika dirimu memasak gulai lema ikan nila dan kemudian kurang garam, yang salah bukan dirimu, tapi peristiwanya.
Yang terpenting adalah proses bagaimana cara memasak gulai yang tadinya kurang garam menjadi pas dan lezat di lidah. Pun demikian dengan siswa. yang diceritakan oleh siswa di masa depan adalah proses, bukan hasil.
Hebatnya, guru yang mendekati siswa dari nilai unggul alias kelebihan siswa biasanya akan dikenang dan teringat selalu.
Bahkan, pada hari Jumat (27/11/2020) kemarin Mas Nadiem pun mengakui kehebatan guru yang mendekati siswa dari nilai unggul yang dimiliki Sang Mendikbud.
Ya, aku sempat mengikuti hingga tuntas kegiatan virtual bertajuk live Instagram Mas Nadiem Feat Maudy Ayunda yang membahas tema "Arah Pendidikan di Indonesia".
Di tengah jalannya live IG, Mas Nadiem sempat berkisah tentang guru favoritnya, yaitu guru Bahasa Inggris sewaktu SMA.