Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Aku Bangga Menjadi Guru SD!

21 November 2020   09:14 Diperbarui: 5 April 2021   17:20 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama siswa SD (2019). Dok. Ozy V. Alandika

"Mengapa Kok Kamu Jadi Guru SD?"

Semenjak mulai asyik menulis seputar suasana pendidikan dan pembelajaran, aku cukup sering dihampiri oleh pertanyaan yang keluar dari hati sendiri. Terlebih lagi ketika aku menatap sejumput bio yang tertuang di profil akun Kompasiana-ku, "Mengabdi sebagai Guru SD".

Merupakan kebanggaan tersendiri bagiku ketika melihat secarik keterangan diri tersebut. Bahkan, malam kemarin, ketika Twitter sedang heboh dengan fitur baru "Fleet" yang konon katanya mirip banget dengan Instagram Story, aku juga menemukan tagar #TerimaKasihGuru. Ramai netizen menuangkan doa-doa terbaik untuk guru, padahal peringatan HGN masih 4 hari lagi.

Aku yang menyaksikan beberapa tweet terpopuler jadi terkesan dengan ungkapan ketulusan ribuan penduduk Twitter. Di sebalik ingar-bingar ciutan "Revolusi Akhlak", ternyata banyak pula netizen lain yang menyambut momentum Hari Guru Nasional 2020 lebih dulu.

Dari sana, muncullah pertanyaan dari hatiku tentang, "Mengapa jadi guru SD?"

Jawaban singkat, profesiku sebagai guru SD menurutku adalah bagian dari perjalanan hidup dan takdir. Maknanya, esok hari, tahun depan, atau mungkin di masa depan, aku bisa saja menjadi guru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau malah jadi seorang pebisnis.

Sebenarnya, baik diriku, dirimu, maupun semua orang bisa saja memilih profesi alias pekerjaan sesuai dengan kadar selera dan kebutuhan mereka. Tapi, untuk saat ini, bukankah kita perlu bangga dengan profesi sendiri?

Pastinya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidup ketika diri ini sibuk menyalahkan takdir serta menggerutu kepada alam bahwa profesiku hari ini adalah "salah alamat".

Kalau sudah muncul pola pikir seperti itu, biasanya ketidaksukaan kecil akan merembes ke mana-mana, bahkan sampai menjelekkan profesi sendiri. Semisal, guru SD itu gajinya kecil, administrasi pembelajarannya ruwet, siswanya nakal, de el el. Tidak akan pernah habis keluhnya.

Maka dari itulah aku buat judul artikel yang singkat dan simpel ini, bahwa Aku Bangga Jadi Guru SD!

Mengapa aku bangga? Selain karena harus bangga dengan profesi sendiri, menjadi guru SD ternyata menyenangkan sekaligus sangat menantang. Detailnya bagaimana?

Guru SD, Boleh Dibilang Guru Pilar
Mengapa aku sebut guru SD sebagai guru pilar? Tanpa mengesampingkan peran utama orang tua, sejatinya guru SD merupakan sosok yang bertanggungjawab mengajari literasi dasar kepada siswa. Baca tulis, berhitung, adab, inilah yang utamanya, disusul beberapa mata pelajaran lainnya.

Meskipun dijuluki literasi dasar, tapi sesungguhnya perjuangan guru SD menuangkan ilmu dan pengetahuan kepada para siswanya itu tidaklah mudah. Terang saja, tidak sedikit siswa-siswi yang harus diajari dari nol. Bahkan, dulunya masih banyak siswa SD yang tidak naik kelas, kan?

Walaupun siswanya tidak naik kelas, guru SD masih memiliki segunung kesabaran untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Maka dari itulah, tidak salah bila aku sebut guru SD sebagai guru pilar. Juga, tidak ada satupun alasan yang bisa membuat orang bisa merendahkan profesi guru SD.

Seorang guru yang menjadi teladan anak-anak berbaju putih-merah pasti bangga ketika melihat siswanya sudah sukses, terlebih lagi ketika siswanya menghampiri sang guru.

Barack Obama di tahun 2017 sempat datang ke Indonesia dan mengunjungi Gurunya sewaktu SD. Diolah dari KOMPAS.
Barack Obama di tahun 2017 sempat datang ke Indonesia dan mengunjungi Gurunya sewaktu SD. Diolah dari KOMPAS.
Sebagian dari kita mungkin masih ingat dan terkagum tentang bagaimana kisah Presiden ke-44 AS Barack Obama yang menyempatkan diri mengunjungi sekolah masa kecilnya SD Negeri 01 Menteng, pada tahun 2017 lalu.

Hebatnya, sang Presiden juga menemui guru yang mengajarinya selama setahun bersekolah di SD tersebut. Kita saja yang membaca pemberitaan ini sudah merasa bangga, apalagi guru SD-nya Obama!

Syahdan, di sebalik cap guru pilar, sejatinya guru SD memiliki amanah sekaligus tanggung jawab yang cukup berat. Karena mengajar dari dasar, maka guru SD dituntut untuk menyampaikan "kebenaran" baik dari segi ilmu, pengetahuan, hingga adab berperilaku.

Ketika ilmu yang disampaikan adalah kebaikan yang bermaslahat dan kebenaran itu terwujud dalam perilaku, maka sang guru akan mendapat buah berupa amal jariyah. Sebaliknya, ketika yang disampaikan adalah keburukan, bahkan keburukan itu malah diteladani, maka guru SD berdosa.

Begitulah. Kebanggaan guru SD sebagai guru pilar memang perlu diikuti dengan menjalankan amanah dengan semampunya.

Alhasil, hubungan antara beberapa gagasan di atas jadi sinkron, kan? Kebanggaan adalah salah satu perwujudan kecintaan terhadap profesi, dan kalau sudah cinta, maka ada segunung semangat yang menjadi bekal mengemban amanah sebagai guru.

Berkisah dengan Siswa SD adalah Salah Satu Jalan Terbaik Mengikis Kejenuhan
Bagiku pribadi, ada profesi tertentu yang derajat kejenuhannya cukup tinggi. Sebagai imbasnya, seseorang dengan profesi rawan jenuh tersebut jadi mudah bosan karena sehari-hari kegiatannya hanya "itu-itu" saja. Apalagi ketika pekerjaan mereka hanya berhubungan dengan mesin. Hemm

Dulunya, aku pula merasa demikian. Tepatnya di sepanjang tahun 2017, aku sempat menjadi kontraktor di sebuah pabrik. Sehari-hari, kerjaku adalah menyortir buku, shrinking, hingga packing. Waktu kerja normal adalah 8 jam, sedangkan kalau mau lembur, jadi 16 jam.

Derajat kejenuhannya memang bukan main, karena memang, yang dihadapi adalah benda dan mesin.

Berbeda halnya ketika aku dan kita menjadi seorang guru SD. Mengobrol dengan anak-anak usia SD itu menyenangkan. Menyenangkan di sini dapat kita tilik dari dua sisi.

Kesenangan pertama ialah sebagai pengikis jenuh, karena setiap didekati, masing-masing siswa SD punya keunikannya tersendiri. Terkadang mereka suka main tebak-tebakan aneh, suka ribut dengan sesamanya, bahkan ada pula yang sampai berkelahi. Tapi?

Tidak sampai 10 menit setelah berkelahi dan nangis, eh, mereka damai lagi, tertawa lagi. Kan lucu!

Ngobrol dengan siswa SD itu adalah salah satu jalan pengikis jenuh. Dok. Ozy V. Alandika (2019)
Ngobrol dengan siswa SD itu adalah salah satu jalan pengikis jenuh. Dok. Ozy V. Alandika (2019)
Barangkali, hampir tidak ada orang dewasa yang seperti itu. Malahan, ada orang-orang dewasa tertentu setelah ribut di dunia nyata, malah menyambung lagi ributnya di medsos. Syahdan? Main blokir-blokiran akun pertemanan. Hemm, lagi-lagi kita bisa belajar dari tulusnya anak-anak SD.

Lebih dari itu, kesenangan kedua yang bisa didapat oleh guru SD adalah peningkatan kecakapan berkomunikasi. Secara, menjalin komunikasi dengan siswa SD itu tidak mudah, loh. Seorang guru SD perlu memilih diksi dan menyatukannya ke dalam kalimat sederhana yang bisa dimengerti siswa.

Bahkan, untuk siswa SD yang baru masuk, seorang guru mau tidak mau perlu menggunakan bahasa daerah, karena memang siswanya yang belum lancar berbahasa Indonesia. Ada yang seperti ini? Ada!

Kedengarannya cukup menantang, kan? Dan tantangan itulah yang kemudian membuat tingkat kejenuhan seorang guru SD relatif rendah. Tantangan guru setiap harinya beragam, dan keragaman inilah yang membuat guru perlu memiliki banyak solusi yang membangun siswa.

Sejumput hal yang kusebutkan di atas adalah pengalaman positif secara umum yang biasanya dirasakan oleh guru SD di seluruh penjuru bumi. Maka dari itulah, kembali aku ulang bahwa Aku Bangga Jadi Guru SD!

Aku bangga jadi guru SD sebagaimana kamu bangga menjadi dokter, sebagaimana kamu bangga menjadi TNI, sebagaimana kamu bangga menjadi petani, sebagaimana kamu bangga menjadi Kompasianer, juga dengan profesi bertajuk kebaikan lainnya yang tidak sempat aku sebut semua.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun