Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Naluri dan Teknik Guru dalam Merengkuh "Goal" Pembelajaran

16 November 2020   22:20 Diperbarui: 18 November 2020   10:08 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pembelajaran, biasanya kita sering mendengar istilah strategi mengajar, pendekatan mengajar, juga metode mengajar. Setiap kali meracik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), para guru seringkali mencantumkan berbagai strategi maupun metode pembelajaran pilihannya.

Sebut saja seperti strategi pembelajaran berbasis masalah, inkuiri, discovery, kontekstual, peningkatan kemampuan berpikir, hingga ekspositori. Metode ajar juga demikian. Mulai dari ceramah, karya wisata, mind mapping, role playing, hingga peer teaching, semua bisa dipilih.

Beragam strategi dan metode ajar ini akan semakin lengkap dengan adanya dukungan teknologi. Semisal, andai di sekolah ataupun di kelas virtual siswa bisa menggunakan Zoom, maka guru semakin mudah menyajikan masalah berupa foto/video tentang fenomena sesuai materi ajar.

Bahkan, tanpa dukungan teknologi kekinian guru juga tetap bisa memaksimalkan strategi pembelajaran. Kalau tak ada dukungan foto, video, serta benda di sekitar kelas, guru masih bisa mengajak siswa untuk berkhayal mengenai gejala sosial tertentu yang terjadi di sekitar kita.

Dari sana, secara tidak langsung, guru telah mengembangkan sendiri strategi pembelajaran menurut taktik dan tekniknya sendiri. Keluar dari "zona nyaman" teori buku.

Tapi, belum tentu semua guru mau meracik dan memantapkan strategi maupun metode pembelajaran menurut versi mereka sendiri, kan? Barangkali, inilah pembeda antara guru yang satu dengan guru yang lain di mata para siswanya.

Kita bersama tahu bahwa ada guru-guru tertentu yang ketika mengajar, tingkat perhatian dan gaya mengajarnya begitu menggugah. Guru yang seperti ini biasanya akan teringat sampai kita tua, dan bahkan, kisahnya akan terkenang sepanjang masa.

Apa perbedaan terbesarnya dibandingkan dengan guru yang dicap siswa "biasa-biasa saja"? Agaknya ada dua hal penting yang perlu kita curahkan di sini, yaitu "naluri" dan "teknik" mengajar guru.

Menilik dari KBBI, naluri ialah perbuatan berupa pembawaan alami yang secara tidak sadar telah mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Sederhananya, bila seseorang bernaluri guru, maka di berbagai situasi dirinya tetap bisa mencurah serta mentransfer ilmu.

Sedangkan teknik, ialah suatu cara untuk mengimplementasikan sebuah metode secara spesifik. Jika metode telah disebut langkah-langkahnya secara sistematis, maka tekniknya adalah bagaimana cara seseorang agar langkah-langkah implementasi metode bisa berjalan mulus.

Nah, ketika naluri dan teknik kita rekatkan kepada guru, maka guru yang bernaluri serta memiliki banyak teknik akan semakin mudah merengkuh "goal" alias tujuan pembelajaran.

Pentingnya Naluri dan Teknik Guru dalam Merengkuh "Goal" Pembelajaran

Sejenak, mari kita keluar sebentar dari dunia pendidikan. Mungkin sebagian dari kita mulai bosan jika harus membaca tulisan tentang PJJ. Hemm, PJJ lagi, PJJ lagi! Eits, tapi, bosannya sebentar saja, ya. Kalau terlalu lama menimba bosan, maka mau dibawa ke mana generasi anak bangsa.

Baiklah, untuk mengulik betapa pentingnya naluri dan teknik, mari sebentar kita singgah ke dunia olahraga, yaitu basket.

Dalam pertandingan basket, beberapa dari kita mungkin sering melirik posisi pemain yang bertugas sebagai Point Guard (PG) dan dan Center. Ya, kedua posisi ini kaya akan naluri dan para pemerannya dijamin memiliki teknik bermain basket di atas rata-rata.

Stephen Curry (kanan), salah satu PG terbaik dunia. Foto: Skysport
Stephen Curry (kanan), salah satu PG terbaik dunia. Foto: Skysport

Seorang Point Guard biasanya dikagumi atas kelincahan dribble dan umpan yang luar biasa. Bahkan, dengan naluri sekaligus "eagle eye"-nya, seorang PG bisa mengoper bola ke area yang tak terjamah oleh penjagaan lawan. Dari sanalah jalan untuk merengkuh banyak poin akan terbuka.

Tidak jauh berbeda, posisi Center juga demikian. Center biasanya dituntut untuk bisa bertanggungjawab merebut rebound (bola muntahan dari ring), karena dalam pertandingan basket, tim dengan kepemilikan rebound tinggi akan menguasai jalannya pertandingan.

Secara teori dan langkah-langkah mendapatkan rebound, sebenarnya mudah saja. Seorang Center hanya perlu melompat lebih dulu dan lebih tinggi dari pemain lawan.

Tapi, dalam pertandingan nyata, teori dan metode saja tidak cukup. Dibutuhkan teknik bagi seorang Center agar tidak lebih dahulu di-pivot maupun di-screening oleh pemain lawan.

Nah, di jenis olahraga lainnya juga demikian, kan? Dalam sepak bola misalnya. Seorang pemain dengan naluri mencetak gol tinggi akan bisa menendang bola dari sudut mana saja. Pemain seperti ini biasanya akan jadi tumpuan tim, ditakuti oleh lawan, juga akan dikenang banyak orang.

Begitulah secarik cerita kehebatan naluri dan teknik. Tidak hanya di dunia olahraga, guru juga perlu memiliki kedua hal penting ini.

Dalam kegiatan mengajar, guru juga ingin meraih kemenangan berupa kesuksesan siswa dalam memahami serta memaknai materi ajar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemenangan ini boleh kita sebut "goal" dari pembelajaran.

Mengapa naluri dan teknik mengajar itu sangat dibutuhkan oleh guru? Sederhananya. Dengan memiliki naluri mengajar yang tinggi, seorang guru akan senantiasa mengajar tidak hanya berdasarkan teori buku semata.

Ketika melihat papan tulis masih penuh corat-coret, guru bisa mengajarkan tentang kepedulian terhadap ruang kelas.

Ketika melihat siswanya makan sesuap nasi, guru bisa menuangkan pengetahuan tentang asal-usul nasi, luas dan lebar sawah, hingga perhargaan tinggi terhadap para petani.

Kemantapan teknik mengajar juga demikian. Sejatinya, beragam strategi, pendekatan hingga metode ajar yang tertuang dalam berbagai buku itu hanyalah teori.

Tanpa teknik, RPP yang dibuat guru dengan mencantumkan strategi dan metode ajar hebat, belum tentu akan benar-benar hebat ketika diterapkan. Di "dunia" kelas, ada-ada saja masalah tak terduga yang datang, serta senantiasa memusingkan kepala guru.

Kelas berukuran 4x4m maupun kelas virtual itu sesungguhnya adalah ruang bagi guru untuk memasukkan seluruh isi dunia. Oleh karenanya, akan muncul beragam situasi dan kondisi yang bisa jadi menyusahkan guru untuk meraih "goal" pembelajaran.

Semakin kaya teknik dan semakin tajam naluri seorang guru, maka secara otomatis isi kelas akan semakin luas dengan dunia. Tidak hanya sekadar pajangan papan tulis, pot bunga, juga hiasan gorden penuh warna.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun