Sakit kepalaku meraung rindu yang tak kunjung berbalas. Cinta tampak bias, sebias kopi hitam yang hanya tersisa ampas.
Aku lelah. Penat separuh langit kuseret menuju pinggir pantai yang sedang surut. Pantai ramai dengan pasir, tapi aku sepi karena kosong.
Aku lelah. Cobalah angin bersanding dengan pasir lalu meliuk-liukkan sempena. Angin saja tak akan sanggup. Apalagi aku. Hati kita berat sebelah.
Kukatakan, sebentang rindu dari ujung utara ke selatan bukanlah alasan. Tuhan itu dekat. Juga mendekatkan. Barangkali, hanya aku yang meyakini temaram.
Apa, kau juga begitu?
Kita sama. Aku lelah. Kau pun begitu. Berpeluh diri ini menjemput senyum bibirmu dari jauh, tapi bahagiamu fatamorgana. Aku lebih ingin berkhayal dengan senyumku sendiri.
Kebahagiaanku tak melelahkan. Apalagi untuk mengganti alamat rindu. Lelah itu saat aku menanti. Ketika aku menjemputmu, semua akan selesai.
Curup, 18 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H