Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Hari Guru Sedunia, Mari Menduniakan "Mindset dan Heartset" Mengajar ala Nusantara

5 Oktober 2020   19:31 Diperbarui: 5 Oktober 2021   15:31 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Interaksi antara guru dan siswa. Salah satu kunci suksesnya seorang anak adalah berkat mindset dan heartset yang ditanamkan oleh guru saat mereka sekolah.| Dok. Ditjen GTK Kemdikbud via Kompas.com

Singkatnya, seiras dengan 5 sila yang terdapat dalam Pancasila. Yang dikedepankan sekaligus diduniakan oleh sistem pendidikan kita adalah iman dan taqwanya terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena pendidikan tanpa agama akan buta alias abnormal, begitu pun sebaliknya.

Menguatkan karakter siswa dengan pola hati (heartset). Dok. Ozy V. Alandika
Menguatkan karakter siswa dengan pola hati (heartset). Dok. Ozy V. Alandika

Maka dari itu, sebagai refleksi dari peringatan Hari Guru Sedunia, salah satu hal penting yang bisa para guru wujudkan adalah, menduniakan mindset dan heartset mengajar ala Nusantara.

Lha, memangnya pola pikir dan pola hati mengajar para guru Nusantara begitu "wah"?

Tentu saja, dan selama ini, saya kira mindset dan heartset mengajar guru ala Nusantara-lah yang menghebatkan negara kita. Tapi, mindset dan heartset yang dimaksud adalah yang berkemajuan, ya!

Contoh sederhana, sebagian sekolah dasar dan menengah di negara kita yang berada di pelosok cukup "ketinggalan" dari segi fasilitas maupun akses pendidikan. Meski demikian, guru yang berada di sekolah selalu berusaha untuk menanamkan mindset bahwa sekolah pelosok juga bisa maju.

Lama-kelamaan, pola pikir positif yang diajarkan oleh guru ini akan tertanam dan menjadi dorongan internal bagi siswa untuk lebih peduli dengan masa depan mereka. Bukankah dorongan internal itu akan lebih bermakna? Tentu saja.

Contoh berikutnya. Karena ada beberapa siswa yang berprestasi dari sisi akademik, sebagian siswa lain kadang iri dengan pencapaian tersebut. Darinya, bisa jadi muncul perasaan jenuh, sedih, bahkan iri.

Nah, dengan hadirnya heartset mengajar guru yang lemah lembut, mengutamakan nilai adab dan sopan santun, siswa yang perasaannya sedang "plintat-plintut" tadi bisa tersentuh hatinya serta semakin naik nilai karakter positifnya.

Ketika dua pola (pikir dan hati) ini berjalan beriringan, maka semakin mudahlah bagi siswa untuk menjadi pribadi sebagaimana yang diharapkan oleh negeri ini. Berprofil Pancasila? Bisa! Cerdas secara akademik? Bisa.

"A good head and good heart are always a formidable combination." Nelson Mandela

Ups, satu lagi, yakni tentang kearifan budaya lokal. Bumi Pertiwi sungguh kaya dengan budaya. Baik dari aksaranya, seninya, pakaian dan rumah adatnya, tradisi serta adat-istiadatnya, suku, agama, hingga bahasanya sungguh beragam.

Tiap daerah punya ciri khas maupun keunikannya masing-masing dan  ciri khas inilah yang bisa kita kembang sekaligus kita duniakan. Menduniakan yang lokal, menduniakan budaya sebagai keunikan negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun