Hemm, agaknya alam kedustaan tempat kita bernaung hari ini benar-benar seperti musim kemarau panjang. Eksistensi akhlak mulia kian tandus, dan pergolakan perilaku dusta makin membahana layaknya butiran debu yang mengangkasa.
Ada kekhawatiran bahwa nanti di suatu hari orang baik akan semakin sedikit jumlahnya. Tapi, semoga saja kita tidak terpengaruh untuk rajin bohong, ya!
Jujur Adalah Kebaikan
Terang terdengar di telinga kita tentang kalam Nabi yang berbunyi: "Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan mengantarkan kepada surga".
Kalam ini begitu masyhur, bahkan anak-anak kita yang masih SD pun telah menghafalnya. Oh iya, betewe, ini adalah alamat baik untuk generasi penerus, kan?
Tentu saja. Tapi, kalau kita semua mampu mengembangkan hafalan kalam Nabi tadi menjadi butir-butir perilaku yang mengarah kepada pembiasaan. Apakah bisa?
Harusnya, bisa, dong! Muaranya jujur kan adalah surga, sedangkan butiran perilaku jujur ibarat sungai-sungai yang mengalir menuju jannah. Siapa sih yang tak mau masuk surga? Semua mau, dan aku yakin malah suara anak-anak yang paling keras berteriak "mau!"
Entah itu sakit, entah itu pedih, tetap saja perilaku jujur adalah kebaikan. Tidak semua orang mampu tampil sempurna untuk selalu jujur, tapi kejujuran selalu sempurna untuk ditampilkan.
Kalau dusta, itu malah sebaliknya. Berperilaku dusta mungkin adalah cara yang sempurna untuk menutup kebenaran---bagi sebagian orang--- tapi sayang, suatu hari nanti, kebenaran itulah yang akan membongkar kedustaan.
Maka dari itulah, mau dilihat dari sisi manapun, perilaku jujur adalah kebaikan. Adalah hal yang mustahil bila kebaikan tak menghasilkan maslahat. Terlebih lagi jika diri ini mampu secara konsisten mempertahankan kebaikan, pasti hasilnya akan begitu "wah" di hari esok.
Buktinya?
Kita mungkin pernah mendengar kisah tentang kejujuran seorang gadis penjual susu di era Khalifah Umar bin Khattab.
Karena sang gadis jujur dan terus konsisten dengan kejujuran dalam berjualan, akhirnya Sayyidina Umar menikahkan anaknya dengan gadis tadi. Sungguh, ini salah satu kisah kejujuran yang berakhir dengan romantis. Semakin terang bahwasannya jujur adalah kebaikan.