Sebagai pembuktian, masih ada sebagian sekolah di berbagai penjuru bumi Pertiwi yang masih menggunakan "baju lama" di tengah tren pemakaian "baju baru". "Baju lama" bernama Kurikulum KTSP, dan "baju baru" bernama Kurikulum 2013.
7 tahun semenjak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh meluncurkan Kurikulum 2013, ternyata belum semua sekolah secara utuh "mau" untuk menerapkannya.
Di sekolah kami, ada kelas 4 yang masih berpegang pada KTSP. Pun dengan sekolah tempat rekan saya mengajar. Mundur ke tahun 2019, ada 2 tingkat kelas di SD kami yang masih berpegang pada "kitab suci" KTSP, yaitu kelas 3 dan kelas 6. Beruntung kelas 6-nya lulus semua.
Sedangkan baru-baru ini, Mas Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan pihaknya akan segera mencoba kurikulum baru sejumlah sekolah pada tahun 2021.
"Kita ada tim yang kuat yang sedang melaksanakan penyederhanaan dan rasionalisasi kurikulum 2013. Tahun 2021 akan mulai kita coba di berbagai sekolah penggerak," ujar Mas Nadiem pada Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI, Jakarta, Kamis (3/9/2020).
Mas Nadiem menambahkan bahwa pada kurikulum baru nanti, guru harus mengetahui kompetensi dan kemampuan masing-masing siswa di kelasnya. Alhasil, para guru akan terbiasa mengajar berdasarkan kompetensi dan kemampuan siswa.
Hemm, saya kira maksud dari bahasa Mas Nadiem berupa "Penyederhanaan dan Rasionalisasi" kurikulum itu ialah perbaikan desain kurikulum dari segi esensi dan juga pemangkasan materi ajar yang sebelumnya begitu padat. Tapi ternyata?
Ojan benar-benar mencium aroma ganti kurikulum! Secara, kalimat "akan segera mencoba kurikulum baru sejumlah sekolah pada tahun 2021" sudah cukup jelas menandakan bahwa Kurikulum 2013 benar-benar akan diganti. Sekolah percobaan, tentu saja sekolah rujukan/model.
Padahal, implementasi K-13 yang juga disebut Kurtilas ini belum secara utuh menjalar ke seluruh sekolah di bumi Indonesia. Berarti, akan ada anak-anak kita yang sama sekali tidak mencicipi Kurikulum 2013 yang kemarin dong?
Ibarat kisah, Ojan disuruh pakai baju baru di tahun 2013 tapi baju itu terlalu besar. Sekarang di tahun 2020, baju itu masih baru dan tersimpan, tapi sayang Ojan tak sempat memakainya karena harus mencoba baju baru lagi di tahun 2021 nanti.
Andai "baju baru" kepunyaan si Ojan ini kita ganti dengan nama Kurikulum, artinya ada tindakan buru-buru yang dicanangkan oleh Mas Nadiem dan Kemendikbud. Membuat kurikulum saja sejatinya tidak mudah, masa iya kita harus merelakannya untuk diganti sebelum sempurna.
Dan sayangnya, hingga hari ini kita malah lebih sering berkutat dengan permasalahan teknis daripada melakukan penyempurnaan desain kurikulum itu sendiri.