Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dear Myself, Jangan Terbang karena Pujian, Jangan Tenggelam karena Hinaan

24 Agustus 2020   20:38 Diperbarui: 24 Agustus 2020   20:41 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah, ada kalanya angin mampu menghadirkan kesejukan, dan ada kalanya pula angin bisa membuat kita sakit perut, masuk angin, serta panas dalam.

Rasanya dampak dari "pujian" juga seiras dengan angin. Di satu sisi pujian bisa memberikan kesejukan dan suntikan semangat lebih. Sedangkan di sisi lain, pujian juga bisa menelurkan sikap sombong, berbangga diri secara berlebihan, serta beragam penyakit hati lainnya.

Untuk menghindari sakit yang diakibatkan oleh sanjungan dan pujian, ada baiknya diri ini jangan terbang terlalu tinggi. Kita kembali lagi ke pernyataan tadi, orang lain terkadang hanya "tebak-tebak" rasa, kan?

Karena itulah ungkapan pujian kadang sampai berlebihan. Kita tidak tinggi, kemudian ditinggi-tinggikan. Kita biasa-biasa saja, malah dianggap luar biasa dan "wah."

Semoga saja diri ini tidak terlalu betah dengan sanjungan yang mulai menjauh dari kenyataan. Ya sudah, kita anggap itu doa. Biar doanya saja yang terbang ke langit. Kita jangan, karena kita adalah penduduk bumi.

Dear Myself, Jangan Tenggelam karena Hinaan
Foto oleh Daniel Reche dari Pexels
Foto oleh Daniel Reche dari Pexels

Tidak hanya tentang terbang, rasanya diri ini juga tak perlu harus tenggelam hanya gara-gara rasa. Lagi-lagi yang namanya hidup memang begitu. Hidup tidak selalu bercerita tentang pujian, dan sembari menjalani hidup, kita juga akan didatangi berbagai macam hinaan.

Lalu, dari mana datangnya hinaan? Sama seperti pujian, hinaan juga bisa datang dari diri sendiri dan juga orang lain.

Kadang, karena kecewa dan menyesali suatu perbuatan, kita malah memarahi dan menghina diri sendiri. "Mengapa aku seperti ini, tidak seperti itu saja? Bodohnya aku telah melakukan ini!" dan sejibun ungkapan lainnya.

Tapi, kalau sesekali menyesali perbuatan dengan "menghina" diri sendiri, tak terlalu bermasalah, kan? Malahan, yang bermasalah adalah ketika orang lain yang menyesali apa yang telah kita perbuat dengan cara menghina.

Terkadang, di kala hati ini begitu sensitif, seseorang bisa saja langsung tenggelam ke jurang kegalauan yang amat dalam hanya gara-gara beberapa butir hinaan saja.

Padahal, sejenak, diri sendiri sadar bahwa manusia adalah lumbungnya salah. Tapi mengapa orang lain tak terlebih dahulu mau menerima? Yang jelas, tidak akan selesai kita memanajemen hati sendiri ketika diri ini terlalu sibuk mengurus perasaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun