Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Subsidi Pulsa Sih Oke, tapi Kalau Sinyalnya Tidak Ada, Bagaimana?

14 Agustus 2020   22:49 Diperbarui: 14 Agustus 2020   22:57 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas pernyataan ini, sebetulnya semakin tegaslah praduga bahwasannya Kemendikbud memang belum menyuruh siswa untuk bersekolah secara tatap muka. Itulah mengapa kemudian dana BOS disilakan untuk digunakan sefleksibel mungkin demi kelancaran PJJ.

Ditambah dengan pernyataan Johnny G Plate, Sri Mulyani, dan Erick Thohir, berarti lengkap sudah apa yang sebetulnya menjadi prioritas di sektor pendidikan. Yaitu, ingin mewujudkan pembelajaran jarak jauh yang mampu menjangkau semua kalangan dari sisi finansial.

Mengapa disebut dari sisi finansial saja? Tentu saja, subsidi pulsa untuk pelaku pendidikan bisa diimplementasikan ke satuan pendidikan yang memiliki akses internet, kan? Nah, inilah masalah lain yang kiranya belum dibahas oleh pemerintah.

Subsidi Pulsa, Kalau Sinyalnya Tidak Ada Bagaimana?

Kalau masalahnya sudah mengarah ke bab sinyal, jangankan mau diberikan subsidi pulsa, dibelikan Smartphone pun belum tentu bisa berguna. Ya, ini permasalahan yang cukup berat dan pelik yang lebih sering melanda sekolah-sekolah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Ilustrasi sekolah 3T. Foto: Kompas/Ichwan Susanto.
Ilustrasi sekolah 3T. Foto: Kompas/Ichwan Susanto.

Untuk saat ini sekolah 3T "tidak butuh" bantuan alias subsidi pulsa. Yang mereka butuhkan adalah bantuan teknologi terutama dari sisi sinyal. Mampukah dana BOS untuk menanggulanginya? Oh, tidak mungkin! Urusan sinyal, sudah bukan tanggung jawab Kemendikbud secara khusus.

Baca juga: Dear Mas Nadiem, Mungkinkah Dana BOS "Sehebat" Itu?

Maka dari itulah, saya kira, hadirnya penyesuaian SKB 4 Menteri yang menerangkan bahwa sekolah yang berzona hijau dan kuning boleh dibuka untuk belajar secara tatap muka adalah salah satu bentuk perhatian Kemendikbud terhadap sekolah 3T.

Terang saja, kalau sistemnya full PJJ, anak-anak di sekolah 3T jelas semakin terbengkalai kemerdekaan belajarnya. Mereka akan dapat apa kecuali hanya lembar kerja dan modul. Inilah yang menjadikan kening kita mengkernyut.

Beberapa hari yang lalu, Mas Nadiem Makarim telah menyatakan bahwa 88 persen daerah 3T yang termasuk ke dalam zona hijau dan zona kuning sangat sulit melakukan PJJ.

Maka dari itulah jika sekolah-sekolah yang dimaksud telah memenuhi syarat protokol kesehatan yang ditentukan daerah, maka sekolah bisa memulai pembelajaran tatap muka di tengah pandemi virus corona.

Apakah kemudian kebijakan yang bertajuk perhatian ini dapat kita sebut bijaksana? Jelas niat Kemendikbud baik, yaitu agar anak-anak di sekolah 3T bisa mendapatkan pendidikan yang layak walau tak dapat dukungan sinyal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun