Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Putri Sedaro Putih dan Asal Mula Tumbuhnya Pohon Aren (Perspektif Suku Rejang)

14 Agustus 2020   16:41 Diperbarui: 15 Agustus 2020   13:00 6685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon aren yang sudah berbunga dan berbuah. (Buahnya kita kenal dengan sebutan kolang/kaling). Dok. Ozy V. Alandika.

Barulah 5 tahun kemudian pohon Sedaro Putih berbunga dan berbuah. Seiring dengan berhembusnya angin, seiring itu pula dahan pohon kapung selalu memukul tangkai buah Sedaro Putih hingga memar.

Pohon aren yang sudah berbunga dan berbuah. (Buahnya kita kenal dengan sebutan kolang/kaling). Dok. Ozy V. Alandika.
Pohon aren yang sudah berbunga dan berbuah. (Buahnya kita kenal dengan sebutan kolang/kaling). Dok. Ozy V. Alandika.

Menurut penuturan dari Ayah saya, pohon kayu kapung yang dimaksud di sini adalah pohon yang memiliki kayu/dahan yang ringan namun bernas alias berisi. Kira-kira, mirip dengan pohon petai cina dan sawo.

Di masa sekarang, sudah tersedia kayu pemukul yang kami sebut ta'tung. Bentuknya sekilas mirip dengan pentung dan dibuat sendiri dengan mengukir tunggul-tunggul kayu bernas.

Ta'tung alias kayu pemukul. Telah Ayah saya buat dari tunggul kayu kopi. Dok. Ozy V. Alandika.
Ta'tung alias kayu pemukul. Telah Ayah saya buat dari tunggul kayu kopi. Dok. Ozy V. Alandika.

Kembali ke kisah. Kira-kira 1-2 bulan setelah dahan kayu kapung terus memukul tangkai buah pohon Sedaro Putih, datanglah salah seorang abangnya yang ingin berziarah ke makam sang bungsu.

Sewaktu istrihat di dekat makam, sang Abang menyaksikan tangkai Sedaro Putih terus dipukul oleh dahan kayu kapung dengan bantuan angin. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja datang seekor tupai yang mulai menggerogoti tangkai buah.

Sang Abang terus memperhatikan ulah tupai. Dilihatnya dari jauh, tiba-tiba tangkai yang digigit itu mengeluarkan air dan diminum oleh tupai sampailah puas. Dan setelah tupai pergi, sang Abang lalu mencicipi air dari tangkai Sedaro Putih tadi. Dan ternyata, rasanya manis.

Air inilah yang kemudian kita kenal dengan sebutan "nira". Kami menyebutnya "niro".

Air Nira dalam wajan/kuali besar. Dok. Ozy V. Alandika.
Air Nira dalam wajan/kuali besar. Dok. Ozy V. Alandika.

Setelah mencicipi air nira tadi, sang Abang lalu pulang dan melaporkan rentetan kejadian yang ia saksikan kepada saudara-saudaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun