Syahdan, laki-laki tua tadi juga menerangkan bahwa di atas kuburannya putri akan tumbuh pohon yang belum ada di masa itu. Pohon tersebut akan bermaslahat bagi umat manusia.
Terbangun dari mimpi, alhasil kehidupan Si Bungsu ini jadi berubah. Ia terlalu khawatir dengan mimpi itu hingga akhirnya sang putri sakit-sakitan. Putri Sedaro Putih jadi malas makan, badannya jadi kurus, pucat, dan selalu terbayang dengan kematian.
Abang sulungnya yang begitu perhatian kemudian menyadari hal itu. Sang Abang awalnya ingin mencari obat untuk sang adik. Tapi, putri Sedaro Putih pun menceritakan semua kegelisahan yang hadir lewat mimpinya itu.
Saking sayangnya dengan Si Bungsu, Sang Abang tidak mau meyakini mimpi itu. Apalagi sampai harus mengorbankan nyawa sang adik tersayang. Dengan bijak ia berkata: "Bukankah mimpi itu hanyalah hiasan tidur?"
Selesai kisah di hari itu, akhirnya putri Sedaro Putih kembali hidup normal. Hari-hari ia lalui dengan ceria, riang dan bahagia layaknya seorang gadis bungsu. Hingga akhirnya....
Tibalah di suatu malam, putri Sedaro Putih akhirnya meninggal tanpa menderita sakit apapun. Sontak saja saudaranya gempar. Esok paginya, barulah jenazah sang Bungsu dikubur di lokasi yang tidak jauh dari rumah mereka.
Beberapa hari pun berlalu, ternyata kisah yang diceritakan oleh putri Sedaro Putih benar-benar jadi kenyataan.
Di pusaranya tumbuh sebatang pohon asing yang tak pernah ada sebelumnya. Pohon asing itu kemudian mereka rawat dengan penuh kasih sayang dan diberi nama pohon Sedaro Putih.
Selang beberapa waktu, di samping pohon Sedaro Putih juga tumbuh pohon kayu kapung yang sama tingginya. Pohon kapung inilah yang kemudian mereka pelihara sebagai pohon pelindung.