Intinya, dari kesederhanaan konten yang ditawarkan oleh Kurikulum Darurat, guru diharapkan dapat meracik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif --walaupun di rumah--, bermakna, dan mengajak siswa untuk "mengalami."
Prinsip Ke-2: Relasi Sehat antar Pihak Yang Terlibat
Sistem pembelajaran hari ini agaknya masih berfokus pada Pembelajaran Jarak Jauh baik secara daring, luring, atau pun blended learning.
Karena masing-masing pelaku pendidikan di sini akan semakin jarang bertatap muka satu sama lain, maka penting bagi guru, siswa, hingga orangtua untuk tetap menjalin relasi yang sehat. Apakah itu dengan komunikasi aktif, apreasiasi terhadap siswa, perhatian, hingga perhargaan.
Sederhananya, biarpun ketiga pelaku pendidikan ini terpisahkan oleh jarak, kedekatan alias "pertalian belajar" mereka bisa tetap terjalin secara sehat.
Prinsip Ke-3: Inklusif
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Darurat juga perlu ditekankan prinsip inklusif. Inklusif yang dimaksud di sini adalah, pembelajaran yang digelar harus terbebas dari diskriminasi SARA maupun perhatian yang "berat sebelah" terhadap siswa.
Artinya, guru diharapkan dapat lebih sabar serta lebih peka terhadap apa sebenarnya kebutuhan siswa di tengah keterbatasan yang ada.
Prinsip Ke-4: Keragaman Budaya
Meskipun belajarnya dari rumah, meskipun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasarnya sudah disederhanakan, bukan berarti pembelajaran berbasis keragaman budaya juga ditinggal, kan? Tentunya.
Maka dari itulah, dalam hal ini guru perlu terus menyelipkan materi keragaman budaya. Kalau selama ini sistem pembelajarannya adalah daring, maka guru bisa menggunakan metode bermain peran.