Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum, Sedekah Penyembunyi Hati yang Berantakan

25 Juli 2020   20:48 Diperbarui: 25 Juli 2020   20:37 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi? Kembali lagi ke makna senyum tadi, sudah sepatutnya tiap-tiap orang menerima dengan ringan hati. Melempar senyum dengan tulus, dan menangkapnya juga dengan tulus.

Senyum, Sedekah Penyembunyi Hati yang Berantakan

Mana senyummu? Gambar oleh rawpixel.com dari Freepik
Mana senyummu? Gambar oleh rawpixel.com dari Freepik
Mengapa senyum itu mudah dilakukan dan bisa diganjar dengan pahala yang besar? Rasanya, judul ini bisa menjawabnya. Senyum adalah salah satu perbuatan yang dapat dilakukan seseorang demi menyembunyikan hati yang berantakan.

Jika kita bandingkan senyum dengan sedekah, nyatanya sedekah lebih butuh "tenaga" dibandingkan memberi senyuman.

Contoh sedekah: menyingkirkan batu di jalan raya, memberi makanan, menyumbang pikiran, hingga ikut kerja bakti. Masing-masing dari perbuatan ini tentu harus melibatkan tenaga berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan ketika seseorang tersenyum.

Senyum itu sungguh mudah, tapi kalau sudah disandingkan dengan perkara hati, maka tenaga yang dibutuhkan untuk meluweskan bibir menjadi sangat sulit.

Ada masalah yang bertumpuk, kata orang jangan lupa senyum. Ada ribut-ribut dalam rumah tangga hingga pecah piring pecah mangkuk, tapi kata orang, saat keluar rumah tetaplah berikan senyum. Nah, apakah semua orang mampu memberikan senyum di saat-saat krusial seperti ini?

Kiranya tak banyak yang bisa, hanya tingkat kelapangan hati yang jadi penentunya.

Padahal, jika kita mau berbicara tentang ketegaran hidup, maka senyum adalah salah satu cara termudah untuk bersahabat dengan hati. Mengapa? Ya, tidak semua orang mau perhatian dan mau menata kembali wajah kita yang sedang cemberut.

Ada saat di mana kita sendiri yang harus menata hati. Ada saat di mana kita harus kuat menerima ujian ilahi. Di saat itulah kita perlu tersenyum. Yakinlah, nanti pahalanya bisa berlipat ganda. Kok bisa?

Kita selalu yakin bahwa Allah memberikan cobaan, kesusahan, dan kesakit-hatian sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya. Nah, perbuatan senyum saja sudah bernilai ibadah. Apalagi kalau kita mampu tersenyum di saat hati gundah dan banyak masalah, berarti pahalanya dirapel, kan?

Belum selesai di sana, dalam hadis Qudsi juga ditegaskan bahwa prasangka Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Artinya, jika seorang hamba senantiasa berhuznudzon kepada Allah, maka Allah juga seperti itu terhadapnya.

Karena sudah sampai sini, coba kita gabungkan antara senyum, berlapang dada menerima ujian-Nya, plus berbaik sangka. Jadi komplit kan hadiah pahalanya? Dijumlahkan dengan ikhlas, tak terhitung berapa kali lipat pahala yang akan diterima.

Itulah nikmat tersebar dari senyum, dan jika tidak direnungkan, bisa jadi kenikmatan ini masih jadi rahasia yang belum terungkap bagi orang lain.

Apa, masih belum cukup dengan pahala yang bentuknya adalah metafisika? Ya sudah, kita dekatkan perihal senyum dengan kehidupan nyata, bahwa senyum adalah salah satu sarana pembuka rezeki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun