Bedanya, Candreva lebih banyak mendulang gol daripada Sanchez, yaitu sebanyak 5 gol. Harusnya statistik ini terbalik, bukan? Secara, Sanchez adalah penyerang lincah sedangkan Candreva adalah penyerang sayap yang seyogyanya lebih banyak mengumpan.
Tapi nyatanya Sanchez mampu menjadi pembeda di lini penyerangan Inter Milan.
Fakta berikutnya adalah, Alexis selalu bermain apik dan berkontribusi besar atas kemenangan Inter jika ia diduetkan bersama Lautaro Martinez sebagai starter.
3 laga terakhir Inter adalah buktinya. Pada laga kontra SPAL dini hari tadi Alexis duet bersama Lautaro sebagai starter, dan Sanchez menyumbang 1 gol dan 1 assist.
Pada laga Inter kontra Torino (14/07/2020) Sanchez menyumbangkan 2 assists. Dan pada laga Inter kontra Brescia (02/07/2020), Sanchez telah menyumbang 1 gol dan 2 assists.
Dalam 3 laga terakhir ini, Alexis selalu ditempatkan sebagai starter dan berduet bersama Lautaro Martinez, baik dalam formasi 3-4-1-2, 4-2-4 maupun formasi 3-5-2. Nah, Alexis sudah seperti pengrajin alias tukang assist, kan?
Meski demikian, lain kisahnya ketika Alexis Sanchez berduet bersama Lukaku di lini serang Inter. Walaupun Alexis sudah dipasang sebagai starter, namun kontribusinya masih kurang berasa dibandingkan ketika ia duet dengan Lukaku.
Selain itu juga, kalau sudah Lukaku yang dipasang sebagai starter, biasanya Inter lebih sering bermain dengan memanfaatkan umpan-umpan lambung sembari berharap mampu disundul oleh Lukaku yang berpostur tinggi.
Kalau tidak umpan lambung, jalan lainnya adalah menjadikan Lukaku sebagai pemantul bola. 2 strategi inilah yang sering tampak saat Lukaku dipasang sebagai starter.
Jadi, mengapa kok Sanchez seakan lebih cocok diduetkan bersama Lautaro?
Semakin tampak bahwa di sini kehadiran Alexis Sanchez yang sedang on fire menjadi kelebihan tersendiri bagi Antonio Conte. Secara, Conte jadi punya banyak pilihan strategi selain memanfaatkan Lukaku sebagai pemantul bola.
Lebih dari itu juga, baik Sanchez maupun Lautaro Martinez keduanya sama-sama gesit, lincah dan cepat. Hal ini memudahkan Inter untuk melakukan serang balik cepat maupun menerobos pertahanan tim lawan dari sisi tengah.