Darinya, wajar bila kemudian banyak pelaku pendidikan ikut jengkel dengan sang Mendikbud.
Lebih dari itu, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fajar Junaedi juga menganggap bahwa Pak Jokowi juga jengkel lantaran ada menteri yang membuat pernyataan publik yang menunjukkan tidak menguasai pemetaan masalah.
"Kita ingat saat Mendikbud menyatakan kekagetannya bahwa di daerah ada siswa yang tidak ada akses internet untuk pembelajaran. Pernyataan seperti ini kan menunjukkan bahwa menteri tidak menguasai pemetaan masalah," ucap Fajar, Senin (29/06/2020).
Hanya saja, dari kekagetan ini apakah kemudian ada respon yang gesit? Lagi-lagi kalau kita sudah berbicara tentang pemerataan fasilitas pendidikan, rasanya pikiran ini akan semakin berat karena pemerataan adalah masalah kronis tahunan.
Persoalan sinyal internet hingga listrik bukanlah persoalan yang bisa Mas Nadiem selesaikan sendiri walaupun sudah bersama-sama dengan Kemendikbud. Kebijakan yang hadir seperti asupan kuota juga belum sepenuhnya mampu mendukung kelancaran PJJ.
Dan lebih dari itu, pengamat pendidikan Darmaningtyas juga menuangkan opini bahwa Mas Nadiem tidak mempunyai konsep. Sejak awal sosok Nadiem diragukan terutama dalam menjalankan amanah terkait pendidikan karakter.
"Bahkan di saat pandemi ini, Kemendikbud tidak mempunyai data yang membantu seperti seberapa banyak guru honorer yang terkena dampak," ujar Darmaningtyas, Selasa (30/06/2020).
Begitulah kiranya keruwetan masalah di sektor pendidikan dalam suasana pandemi ini. Seiring dengan kasus Covid-19 yang masih bermunculan, opsi belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran jarak jauh kembali akan diterapkan. Dan, sekolah butuh kurikulum darurat.
Apakah sudah diterbitkan? Sudah sejak beberapa bulan lalu berbagai organisasi pendidikan meminta agar Mas Nadiem menerbitkan kurikulum darurat, tapi yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Kemendikbud barulah buku saku.
Tidak jauh beda, permasalahan di sektor pendidikan tinggi juga cukup mengerutkan kening kita semua. Lagi-lagi pandemi memberikan pengaruh yang luar biasa hingga muncullah tuntuan mahasiswa agar UKT kuliah dipotong.
Sampai di sini, mulailah muncul kebingungan di alam pikir kita. Seperti apa kebijakan Merdeka Belajar maupun Kampus Merdeka yang sejatinya digaungkan oleh sang Mendikbud di awal-awal masa pemerintahannya?
Salah satu cendekiawan muslim, Azyumardi Azra memberikan rapor merah kepada Mas Nadiem dan mengganggap beliau bersama Kemendikbud hanya menabur angin surga.
"Nadiem belum berhasil, raportnya masih merah. Sama dengan beberapa para menteri yang lain, kebanyakan angin surga. Saya percaya kita berdiri di kaki kita sendiri. Sekarang ini banyak trik dan gimik. Secara substantif raportnya merah," ucap beliau, Kamis (2/7/2020).
Dari berbagai tuangan masalah pendidikan di situasi pandemi hari ini, kiranya cukup layak bila rapor merah dan janji-janji yang semanis angin surga disematkan kepada Mas Nadiem.