Semitak Buk Neak Gelpung dalam pepatah Rejang bukan untuk memperkeruh keadaan melainkan untuk membahas dan menyelesaikan suatu permasalahan secara musyawarah agar kemudian mampu diterima oleh seluruh pihak, termasuk dalam hal ini, rakyat Indonesia.
Jadi, sangat disayangkan bila kemudian tidak ada tindak lanjut dari kejengkelan Pak Jokowi ini. Apa lagi sampai lahir oknum-oknum tertentu yang kembali mencoba memanaskan sekaligus mengalihkan isu.
Jika ada yang sengaja? Berarti itulah oknum yang Pak Jokowi sebut-sebut tidak punya perasaan. Gawat!
Kebetulan 3 kementerian yang sudah disebutkan di atas tadi yang mendapat jatah "disorot." Mau tidak mau harus ada aksi yang gesit, suasana negeri ini sudah "tidak normal" lagi karena krisis.
Meski demikian, bukan berarti Bapak/Ibu menteri yang lain bisa merasa aman-aman saja. sebagai negara besar, kita terus didatangi oleh masalah-masalah yang cukup ruwet dan kompleks.
Sebut saja seperti sektor pendidikan. Panasnya polemik PPDB bisa jadi batu sandungan yang tajam untuk meredupkan kemilau Mas Nadiem. Masalah ini jelas tidak bisa dianggap remeh. Orangtua murid sampai melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Kemendikbud.
Terbaru, Lewat pengacara publik David Tobing, para orangtua yang tergabung dalam Forum Orang Tua Murid dan Gerakan Emak Bapak Peduli Pendidikan (Geprak) melaporkan Kepala Dinas Pendidikan DKI ke Ombudsman RI.
Atas perkara ini, jika dibiarkan lama-lama dan terus berkelanjutan, bukan tidak mungkin Pak Jokowi juga akan ikut jengkel. Artinya, Bapak/Ibu menteri yang bernaung bersama kabinet Pak Presiden pasti akan dapat giliran.
Apakah nantinya para menteri yang sempat dijengkelin oleh Pak Jokowi akan susah tidur? Rasanya tidak hanya menteri, semua pemimpin yang peduli dengan rakyat dan merasa bahwa di dalam dirinya tertanam amanah sudah pasti akan susah tidur. Kecuali?
Ya, itu tadi. Seperti yang Pak Presiden katakan. Kecuali mereka yang tidak punya perasaan dan menganggap ini biasa-biasa saja.
Salam.