Biar bagaimanapun, seorang pemimpin baik itu pada lingkup kementerian maupun berbagai jajaran yang dinaunginya tetap harus memunculkan aksi sekaligus menjawab kejengkelan Pak Jokowi.
Jujur saja, setelah sekian purnama kita diserang oleh wabah, barulah kini terdengar "nyali" dari Presiden. Apakah jengkel ini tidak terlambat! Upload video sudah telat 10 hari, aksi-aksi menteri tersorot juga masih dianggap biasa-biasa saja hingga hari ini.
Kalau pun Pak Jokowi mau segera reshuffle menteri, sudah barang tentu tindakan itu sangat tidak mudah dan mempertaruhkan reputasi politik Pak Presiden.
Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie mengungkapkan bahwa ada potensi Jokowi terhalang kekuatan partai politik, yaitu PDI Perjuangan. Apalagi, Ketua Umum PDI Perjuangan Bu Megawati secara gamblang menyebut Jokowi sebagai petugas partai.
Jadi, tidak semata salah bila kemudian Jerry menyebut bahwa wacana reshuffle kabinet ini adalah momentum uji nyalinya Pak Jokowi.
Pak Jokowi boleh-boleh saja mengungkapkan kemarahan dan kejengkelannya. Tapi, apa buah dari ketegasan yang akan rakyat dapatkan kemudian?
Agaknya walaupun para menteri ternilai "cari aman", belum tentu juga kinerjanya mampu diperjuangkan sebagaimana mereka berusaha untuk masuk ke ruang aman itu sendiri.
Tercatat ada 3 kementerian yang disorot oleh Pak Jokowi. Ada kementerian bidang ekonomi, bidang sosial, dan juga kementerian kesehatan yang ketiganya dinilai "biasa-biasa saja." tapi, bukan berarti menteri-menteri di sektor lain juga bisa dicap aman, kan?
Ya, ungkapan kejengkelan Pak Jokowi saat ini hanyalah seperti "Semitak Buk Neak Gelpung" yang dalam pepatah Rejang dapat diartikan "Menarik Rambut di Tepung."
Rambut di sini kita anggap sebagai masalah, dan tepung bisa kita anggap sebagai kehidupan di bumi Pertiwi. Artinya, dalam tuangan video singkat tentang sidang kabinet paripurna itu berisikan beberapa helai rambut alias masalah yang sengaja ditarik Jokowi untuk dicarikan solusinya.