Ya, dulu tepatnya pada bulan Maret 2020 kami berencana mengadakan sosialisasi ke beberapa lembaga PAUD di dekat desa dengan cara menggelar lomba mewarnai di mana SD kami jadi tuan rumahnya. Tapi rencana ini gagal total akibat pandemi.
Setelah rapat dengan dewan guru dan kepala sekolah dua minggu yang lalu, dihadirkanlah solusi menjaring peserta didik baru dengan cara "jemput bola" alias dibebankan kepada guru-guru yang rumahnya dekat dengan sekolah.
Mau bagaimana lagi, sistem PPDB secara online tidak mungkin bisa kami gelar karena kendala jaringan internet di desa yang suka hilang timbul. Apalagi di lokasi SD kami, sinyal internet hanya akan muncul sesekali, itu pun atas bantuan angin yang sedang lewat.
Meski sudah didapatkan solusi untuk mendapatkan peserta didik baru, kesulitan nyata lainnya yang kami hadapi adalah minimnya fasilitas sekolah.
Menurut dewan guru setempat, orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya ke MIN karena MIN punya fasilitas drum band. Lalu, apakah SD kami juga punya drum band?
Sayangnya tidak, dan kami malah tambah ambyar gara-gara kepala sekolah menutup rapat dengan kalimat sendu:
"Sekolah kita ini punya visi dan misi yang hebat, tapi kenyataannya isi dompet sekolah sebentar-sebentar suka melarat!"
Ya, mau bagaimana lagi. Hitung-hitungannya memang begitu. Makin banyak peserta didik yang mendaftar, makin banyak pula asupan Dana BOS yang masuk untuk menunjang kelengkapan fasilitas sekolah.
Hanya saja, semangat juang terus kami hadirkan untuk kemajuan SD ini. Data terakhir, salah satu guru senior (Pak Yaman) menyampaikan bahwa sudah ada 5 orang anak yang hampir pasti akan mendaftar di sekolah kami. Alhamdulillah.
Kami cukup optimis para pendaftar akan lebih banyak karena di tahun ini rasa dan nuansa SD sudah berbeda. Ya, sudah ada 3 guru muda profesional yang siap ikut serta mencerdaskan anak-anak bangsa di pelosok. Hebatnya, masyarakat setempat menyambut positif kehadirannya.
Salam.