Kesulitan Kedua: Memilih Kata/Kalimat Sederhana dalam Mengajar
Usia SD adalah usia di mana anak-anak berbahagia dan senang bermain, makanya tidak salah bila ada guru yang merekatkan aktivitas belajar sambil bermain demi menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Terang saja, pembelajaran yang terkesan monoton dan suka membuat kepala anak-anak "berasap" hanya akan melahirkan rasa bosan semata. Begitu pula dengan sikap dan pemahaman mereka saat belajar di kelas.
Jika anak-anak SD merasa kesulitan memahami apa yang disampaikan oleh guru--entah itu kalimat perintah, penjelasan, serta kesimpulan--maka mereka akan cepat bosan. Beruntung bila ada siswa yang berterus terang yang bertanya kepada guru "idak ngerti, Pak!", kalau tidak?
Pembelajaran di kelas jadi kurang asyik dan kesan anak kepada guru jadi kurang begitu "wah". Tapi, apakah mengajar dengan terbiasa memilih kata/kalimat sederhana itu mudah?
Sayangnya menumbuhkan kebiasaan seperti itu tidaklah mudah, terlebih lagi bagi saya yang sebelumnya mengajar di SMP rujukan tapi kemudian pindah ke SD yang cukup pelosok.
Di SMP, biarpun saya menggunakan kata/kalimat yang cukup berat seperti istilah, bahasa Inggris, maupun bahasa Arab, anak-anak masih mudah memahami dengan cara bepikir kritis maupun sintesis.
Tapi di SD? Saya harus berbicara menggunakan kata/kalimat yang dekat dengan mereka. Contohnya saat pertama kali saya mengajar menggunakan proyektor LCD/infocus.
Karena sebelumnya mereka tidak pernah dekat dengan teknologi pendidikan maupun alat-alat digital, maka kata infocus, LCD maupun proyektor masih asing di telinga anak-anak. Lalu, apa istilah yang mereka tahu? Ternyata, selama ini mereka menyebut infocus=layar tancap.
Begitu pula dengan berbagai istilah rumit lainnya. Anak-anak SD tidak bisa memahami makna kata secara cepat hanya dengan menghafal maupun mendengar penjelasan guru semata.
Mereka perlu mengalami dan kalaupun diminta membayangkan, minimal sesuatu yang dibayangkan itu dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Nah, inilah hal yang cukup sulit untuk dihadapi seorang guru di SD pelosok. Butuh kesabaran yang luar biasa.