Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kendala Pendidikan Menyeruak dan Kebijakan Sering Telat, Bagaimana Ini, Mas Nadiem!

4 Juni 2020   16:39 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Nadiem Makariem dalam peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan ?Merdeka Belajar?, di Jakarta, Rabu (11/12/2019). DOK. KEMENDIKBUD via KOMPAS

Terbaru, ada usul dari Kak Seto yang menyebut bahwa kurikulum saat ini sedang berada pada situasi darurat sehingga perlu dilahirkan kurikulum darurat yang tidak mewajibkan anak-anak kejar target.

"Tidak harus selalu mengejar target dulu. Jangan sampai anak tercapai semua target kurikulum, tapi kemudian mohon maaf, harus konsultasi dengan rumah sakit jiwa karena anak stres," terang Kak Seto, Rabu (3/6/2020).

Lalu, apakah dalam waktu dekat ini akan muncul kurikulum darurat itu? Walaupun nanti muncul dengan nama "Kurikulum New Normal ala Kemendikbud", tetap saja tidak bisa dimungkiri bahwa kebijakan itu terlambat.

Belum selesai, ada pula contoh ketiga yaitu polemik UKT. Kuliah via daring, tapi UKT tetap dibayar sebagaimana mestinya. Mahasiwa lalu menuntut keringanan dan pengembalian UKT dengan memviralkan beberapa tagar untuk Mas Nadiem.

Karena sudah terlanjur viral, muncul tanggapan dari Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam yang memastikan bahwa tidak ada kenaikan UKT di masa pandemi Covid-19. Keputusan lebih lanjut diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.

Lha, UKT minta dikembalikan. Bukankah ini adalah salah satu bentuk dari telatnya kebijakan Mas Nadiem? Kalau bisa selesai di tangan para rektor, tidak mungkin mahasiswa mau repot-repot mengadu kepada Mas Nadiem.

Bagaimana ini, Mas Nadiem!

Mas Nadiem Makariem dalam peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan ?Merdeka Belajar?, di Jakarta, Rabu (11/12/2019). DOK. KEMENDIKBUD via KOMPAS
Mas Nadiem Makariem dalam peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan ?Merdeka Belajar?, di Jakarta, Rabu (11/12/2019). DOK. KEMENDIKBUD via KOMPAS

Kembali kepada konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Sejatinya mayoritas pelaku pendidikan merespon positif gebrakan-gebrakan yang Mas Nadiem munculkan dalam berbagai jahitan benang-benang Merdeka Belajar.

Meski demikian, agaknya kebijakan ini masih terlalu umum dan belum sepenuhnya mampu menyelesaikan berbagai kendala pendidikan yang telah menyeruak. Mungkin bisa selesai, tapi kesannya respon mengeluarkan kebijakannya cukup telat.

Bahkan, Koordinator Nasional Jaringan Pengamat Pendidikan Indonesia Ubaid Matraji menilai bahwa kendala-kendala yang tampak di lapangan mengindikasikan peran Mas Nadiem sebagai Mendikbud belum terlihat di masyarakat.

"Kalau saya lihat gagap, artinya selalu terlambat. Ketika kemarin bencana (sekolah rubuh) orang mencari-cari Mas Menteri di mana. Ketika situasi pandemi orang mencari-cari Mas Menteri di mana," tuturnya Ubaid, Rabu (3/6/2020).

Beliau juga menambahkan bahwa selama ini Kemendikbud terpaku di balik konsep Merdeka Belajar yang diusung Mas Nadiem. Di mana pendidik dan institusi pendidikan diberikan kebebasan penuh untuk berinovasi dalam menjalankan pendidikan.

Secara, kebebasan jika diartikan "lepas sama sekali" malah sangat bahaya bagi sektor pendidikan. Belajar, mengajar, dan kuliah memang Merdeka. Tapi, apakah sektor sarana, prasarana, serta kondisi di lapangan sudah mampu mendukung sepenuhnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun