Sontak saja, momentum 1 Syawal saya ditemani oleh mesin shrinking, sorting book, packing book, hingga tumpukan roll kertas. Ya, daripada saya harus kesepian dan tidur-tiduran di tanah rantau, mendingan lembur, kan?
Jadi, kalau ingin mengulas lebaran dengan suasana kesepian, kesan itu sudah saya dapatkan di tahun 2017. Tak perlu diulang lagi, nanti saya jadi sedih. Hohoho
Lalu, adakah kesan lain pada lebaran kali ini kecuali tentang kesepian?
Entah terlupa atau malah belum saja, tampaknya lebaran kali ini tetangga, kerabat, dan sahabat sudah tidak ingat dengan pertanyaan horor tahunan lebaran.
Biasanya, sejak 2 tahun lalu saya selalu disuguhi pertanyaan horor yang kadang sedikit mengesalkan hati. Ada yang tahu pertanyaannya?
Lebaran Lebih Berkesan Tanpa Pertanyaan Horor Tahunan Ini
"Tahun ini, belum mau ngundang, zy?"
"Kenapa silaturahmi sendiri, mana calonnya, zy?"
Inilah pertanyaan horor yang sudah menghantui saya selama 2 tahun terakhir. Biasanya pada hari pertama lebaran saya bersama keluarga menyempatkan diri untuk mengunjungi nenek dan bibi di desa sebelah.
Saat berjumpa dengan nenek, saya biasanya disiram dengan pertanyaan tentang bagaimana kelancaran pekerjaan dan kegiatan kuliah. Kadang beliau juga tanya berapa gaji dan apa-apa saja kegiatan saya. Walau sudah mengarah ke ranah privasi, saya tetap enjoy menjawabnya.
Berbeda halnya dengan nenek, bibi saya malah suka melayangkan pertanyaan dengan jurus yang langsung menusuk kalbu. Ya, selain menagih THR, beliau seringkali menanyakan kapan saya menikah, apakah tahun ini akan segera mengundang, serta mana calon saya. Waduh!
Padahal saya sendiri merasa masih cukup betah melajang. Pertanyaan di tahun 2018, umur saya baru mau masuk 23 tahun. Agaknya bagi seorang laki-laki, umur tersebut masih cukup muda. Apalagi saya anak sulung!
Terang saja, hari itu pekerjaan saya masihlah sebatas guru honorer dengan gaji yang tidak seberapa. Jangankan untuk kuliah, untuk beli bensin motor saja saya sudah terengah-engah. Bagaimana mau siap nikah!
Maka dari itulah, setiap kali ada pertanyaan seputar undangan pernikahan, saya memilih menjawabnya dengan senyum terlebih dahulu. Hanya saja, kalau pertanyaan tentang nikah dilontarkan pada suasana keramaian, topik bahasannya seringkali tidak berkesudahan.