Hari sudah sore dan 15 menit lagi waktunya berbuka puasa. Aku berpikir lagi, mungkin sangat wajar bahwa aku salah tebak. Atau, apa malah Falisha yang kembali menaruh cemburu pada gadis sang penjual es oyen? Kok aku malah berkecamuk sendiri!
"Hilal bahwa besok kita lebaran kan, dek?"
"Lebih dari sekadar itu, bang. Coba tebak lagi!"
"Hilal bahwa malam nanti akan ada bulan baru, iya kan dek?"
"Duh, salah melulu nih abang. Kok nggak peka banget, sih. Abang ke sini, deh. Buruan!"
Dengan langkah kaki keheranan, aku segera mendekati Falisha. Aku takut, aku masih takut jangan-jangan nanti malah ditampar gadisku. Falisha segera menarik kerah bajuku sembari menunjukkan pesan yang tertera di HP-nya.
Kubaca pesannya, "Falisha, tolong belikan Bunda es oyen yang ada di dekat bundaran 5 porsi ya. Ajakin bang Alzam tuh. Biar Bunda nggak khawatir kalo ada apa-apa nanti di jalan!"
Oh, ternyata itu. Rupa-rupanya puasa terakhir ini cukup berbeda. Jarang-jarang Ibunda Falisha memintaku untuk menemani anak gadisnya. Berarti es oyen yang kupesan ini adalah es oyen yang spesial karena akan dipersembahkan untuk sang Ibunda Falisha tercinta.
"Bukan pesan yang itu, abang! Scroll lagi, yang bawah ini, loh!"
Ah, ternyata fokusku benar-benar telah berada di luar jangkauan. Ingin rasanya kumeminta maaf kepada Falisha atas segala prasangkaku terhadapnya hari ini. Tapi... Ah, nantilah. Aku masih penasaran tentang apa pesan sang Ibunda selanjutnya.
Kulihat lagi dengan jeli, ada gambar bunga berwarna biru dengan bingkai yang begitu menawan. Di sudut atas gambar tertera tulisan, "Curup, 24 Syawal 2020. Falisha & Alzam"