Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Saat Nastar, Bay Tat, dan Keripik Pisang Berlomba Merebut Selera

15 Mei 2020   17:25 Diperbarui: 15 Mei 2020   17:38 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nastar. Gambar dari googminds.id

By the way, keripik pisang adalah cemilan lebaran yang pasti ada di rumah kami. Terang saja, sebagai petani kami tidak terlalu banyak masak kue-kue lebaran. Apalagi harus beli. Hal ini dikarenakan kesibukan berladang yang tak dapat diganggu gugat.

Selain itu, pisang adalah tanaman yang lebih dekat daripada rumah tetangga. Di depan, di seberang, dan di samping rumah kami semuanya penuh dengan pisang beragam jenis.

Untuk keripik pisang persiapan lebaran, kami biasanya menggunakan pisang kepok sebagai bahan baku keripik. Beruntungnya, di lebaran kali ini ada satu tandan pisang kepok yang sudah mulai menua. Kira-kira 3 atau 4 hari lagi baru pas untuk kami ramu jadi keripik.

Sebenarnya keripik dari pisang jantan juga bisa, tapi rasa keripik pisang kepok lebih cocok di lidah kami. Tidak perlu manis-manis dan tambah gula, cukup hanya dengan menambah garam seperlunya saat menggoreng. Eits, tapi nanti. Pisangnya masih betah di pohon. Hehehe

Pisang kepok yang kami persiapkan untuk membuat Keripik Pisang. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang kepok yang kami persiapkan untuk membuat Keripik Pisang. Dok. Ozy V. Alandika
Jadi, bagaimana jika kue nastar, bay tat, dan keripik pisang saya lombakan untuk merebut selera? Jika boleh tidak memilih, maka saya ingin ketiganya tersedia. Tapi, jika terpaksa harus memilih, maka saya dan keluarga lebih memilih keripik pisang.

Apalagi ayah saya. Sudah pasti keripik pisang jadi favoritnya. Terang saja, semakin bertambah umur ayah mulai jarang konsumsi kue yang manis-manis. Tapi, kalau secuil-dua cuil, boleh-boleh saja, sih. Tapi, itu kata ayah saya. Artinya, kami masih boleh cicip nastar, kan?

Lalu, bagaimana dengan kalian. Sudah menetapkan pilihan? Mungkin, untuk kali ini lebih baik kita tidak usah memilih, kali ya. Kita pajang saja ketiganya. Hahaha

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun