Kompasianer Risna Nugroho beropini bahwa Indonesia dengan tanah yang sangat luas dan subur untuk memenuhi kebutuhan swasembada beras dan berbagai hasil pertanian saja belum bisa, bagaimana mau bicara soal infrastruktur prioritas seperti listrik dan internet?
Ada tabrakan kepentingan yang sejatinya harus dipilih salah satu oleh pemerintah. Dan, pilihannya sudah pasti kebutuhan pangan terlebih dahulu.
Belum selesai di sana, kita juga diterpa dilema bahwa negeri ini tidak bisa lepas dari politisasi pendidikan. Kompasianer Prof Felix Tani menerangkan bahwa melepas pendidikan dari politisasi itu berat, sebab pendidikan adalah bagian dari praktis politik pendukung status quo.
Jika fakta-fakta yang membuat kita dilema ini digabungkan, maka jadilah ia sistem "pengganggu" kemajuan pendidikan yang terprogram dan sistemik. Jadi semakin susah kita untuk memurnikan atau bahkan memprioritaskan kemajuan pendidikan secara khusus.
Dari sinilah kemudian muncul keluh-keluh dari para guru "mengapa kok hari ini begini," "mengapa kok kurikulum gonta-ganti," dan seterusnya. Lumrah, bahkan sangat lumrah karena dalam reformasi pendidikan, guru adalah bagian dari birokrasi alias "bawahan" pendidikan.
Pemerintah, para pakar pendidikan, bahkan KPAI sekarang ini pun sudah berkali-kali teriak soal reformasi pendidikan dengan tajuk ganti kurikulum. Kita paham niatnya, dan niat mereka adalah ingin melakukan lompatan kualitas pendidikan.
Sayangnya, kita para pelaku pendidikan yang langsung menjalankan misi di lapangan tidak begitu siap untuk melompat. Barangkali, kita akan lebih siap jika diminta berlari dengan membawa banyak bekal.
Berlari dengan membawa kenyataan bahwa negeri ini punya potensi. Berlari dengan membuang nada-nada sentralistik yang membelenggu para "bawahan" birokrasi pendidikan. Serta berlari dengan orientasi pemantapan karakter sembari menggaungkan inovasi dan curiousity.
Rasanya, gercep inilah yang lebih aman daripada kita harus mengejar kualitas pendidikan dengan cara melompat. Masih banyak celah-celah kesenjangan yang harus kita tambal dengan cara berlari. Jika dilompati, bisa-bisa celah itu makin senjang.
Salam.