Di sinilah kemudian kita sangat butuh dengan gebrakan pendidikan yang tepat sasaran. Banyak orang teriak dan berkoar-koar bahwa pendidikan di bumi Pertiwi masih senjang, ternyata sudah Mas Nadiem simpulkan bahwa fondasi yang mesti disemen dahulu adalah internet dan listrik.
Terang saja, ketimpangan dari salah satu fondasi ini akan merembetkan kualitas pendidikan. Misalnya, dulu saya pernah mengikuti pelatihan desain pembelajaran berbasis digital, tapi sekarang mengajarnya di sekolah yang tak bersinyal. Berarti, belum bisa implementasi, kan?
Di luar sana, barangkali banyak juga guru-guru yang seperti saya, terlebih lagi mereka yang mengajar di daerah pelosok, di daerah yang sinyalnya setengah hati, serta di daerah yang sinyalnya lancar tapi masih kekurangan anggaran untuk pengadaan komputer.
Jika boleh berbaris, berarti kami berada di barisan pelaku pendidikan yang menuntut pemerataan pendidikan secara mendesak. Belum mau bicara tentang pengadaan komputer maupun pasang Wi-Fi di sekolah, melainkan berbicara tentang pemerataan sinyal dan listrik.
Soalnya, jika aliran internet dan listrik di daerah sudah lancar, perlahan masyarakatnya akan lebih dekat dengan teknologi. Terang saja, di era Merdeka Belajar kita sangat butuh dengan teknologi. Bukan untuk menggantikan guru, melainkan sebagai pijakan akselerasi.
Maka dari itulah, dalam waktu dekat ini pasti akan ada gebrakan baru dari Mas Nadiem soal pendidikan. 2 fondasi tadi sudah meminta kode untuk digebrak secara mendesak. Di lain sisi, Mas Nadiem juga sudah jujur dan mau mengakui fakta-fakta soal ketimpangan pendidikan.
Jika boleh saya hubungkan dengan teori Hierarki Kebutuhan Maslow, ungkapan pengakuan Mas Nadiem sudah menjawab kebutuhan "Esteem" para pelaku pendidikan sehingga yang sedang kita tunggu saat ini adalah "aktualisasi diri" dari pengakuan tersebut.
Jadi, boleh dibilang bahwa gebrakan baru Mas Nadiem adalah utang yang harus segera dibayar agar pendidikan di negeri ini bisa mencapai tingkat terbaiknya.
Kita selalu berharap agar kualitas pendidikan di negeri ini semakin hari semakin baik, maka dari itulah kita menanti gebrakan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H