Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pergolakan Mas Nadiem di Tengah Fenomena Kekagetan dan Salah Panggung Artis

5 Mei 2020   08:01 Diperbarui: 5 Mei 2020   07:54 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara telekonferensi Mas Nadiem dengan Najwa Shihab pada program Belajar dari Covid-19 pada Sabtu (2/5/2020). Dok. Kemdikbud.go.id 

Tidak hanya fenomena kekagetan Mas Nadiem, kegiatan lain seperti penampilan para artis di pentas Hardiknas 2020 pun ikut menjadi sorotan. Salah satu pihak yang menyindir adalah Anggota Komisi X DPR RI Prof Zainuddin.

Zainuddin menegaskan bahwa seharusnya Hardiknas bisa diisi dengan kegiatan lebih yang bermakna ketimbang memberi panggung kepada Najwa Shihab dan artis papan atas ibu kota.

Diketahui, ada beberapa artis yang memeriahkan peringatan Hardiknas seperti Najwa Shihab yang sekarang sedang menuai banyak kritikan, ada Nissa Sabyan, Tulus, dan beberapa yang lainnya.

"Najwa Shihab dan artis papan atas Jakarta yang diberi panggung. Padahal di tengah kesulitan menghadapi covid-19, terutama mereka yang terpinggirkan, tidak akan banyak merasakan makna konser bertabur bintang itu," ucap Prof Zainuddin pada Senin (04/05/2020) malam.

Zainuddin juga menambahkan bahwa Hardiknas akan lebih bermakna bila diisi dengan memberikan panggung kepada para pegiat pendidikan nonformal, guru dan dosen yang kehabisan kuota, para penemu vaksin Covid-19, guru honorer, hingga orangtua yang terkena PHK.

Sedikit menyanggah pernyataan Anggota Fraksi PAN DPR ini, sebenarnya selain mengundang artis top pihak Kemendikbud juga menggelar wawancara bersama orangtua siswa, guru, serta relawan mahasiswa melalui akun Youtube Kemendikbud.

Namun jika disimak lebih lanjut, tayangan yang disiarkan memang kurang mewakili sistem pembelajaran yang selama ini sudah kita terapkan, terkhusus pada situasi darurat Covid-19.

Terang saja, dari hasil wawancara kepada guru SMP di Sumbar maupun guru SD di Jatim, keduanya telah menunjukkan inovasi dan kreasi pembelajaran dengan menggunakan aplikasi online seperti Whatsapp.

Sedangkan untuk keluhan kuota, guru honorer, hingga sekolah 3T malah tidak ada. Padahal, keluhan dan harapan dari pihak yang kesusahan seperti inilah yang ingin kita serta pemerintah dengar bersama-sama. Tidak melalui tulisan media, melainkan langsung dari orangnya.

Akhirnya, Mas Nadiem sudah tidak perlu duduk terlalu lama bersama fenomena kekagetannya terhadap kesenjangan pendidikan.

Kami dan para pejuang sekolah 3T sudah menunggu gebrakan apa yang akan dikeluarkan Mas Nadiem, sebagai imbas dari kekagetan yang luar biasanya itu.

Secara, kesenjangan alias ketidak-merataan pendidikan merupakan penyakit tahunan yang sudah sejak lama belum mampu diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun