Beruntung jika pemilik warung (wasit) hanya memberi kartu kuning berupa peringatan "Woi, Mas. Puasa!". Tapi, bagaimana jika si K tadi tetap abai dengan langsung ambil gelas dan sengaja membuat kopi sendiri? Akhirnya, kartu merah untuk si K dan puasa jadi sia-sia.
Banyak pula pelanggaran lain yang berbuah kartu kuning saat orang menjalankan puasa. Misalnya mengumpat, marah-marah tidak keruan, menonton tayangan yang tidak pantas dan sebagainya.
Kalau kartu merah? Seperti contoh tadi. Makan dan minum dengan sengaja, melakukan mastrubasi/onani, berhubungan suami-istri di waktu berpuasa, dan masih banyak lagi.
Hati-hati dengan Jebakan Offside
Sedikit mengulik kehebatan filosofi catenaccio yang dimodernkan oleh Juventus di Liga Champions tahun 2017. Saat itu Juventus berhasil mengalahkan Barcelona dan melaju ke semi final dengan agregat 3-0. Skor 3-0 adalah hasil leg pertama di Turin, dan skor 0-0 di Camp Nou.
Lalu, mengapa Juventus bisa membuat Barcelona tiada berkutik saat itu? Padahal ada trio MSN Messi, Suarez dan Neymar, tapi malah mandul.
Penyebabnya tidak lain adalah filosopi Catenaccio Juventus menerapkan pressure tinggi, fokus, serta disiplin tinggi saat menerapkan offside dalam sistem garis pertahanan rendah. Bisa dibayangkan andai saat itu jebakan offside Juventus gagal. Hancurlah mereka oleh trio MSN.
Meski demikian, menerapkan jebakan offside haruslah hati-hati. Perangkap offside kadang nyaris tidak berguna andai sebuah tim mulai menerapkan sistem pertahanan garis tinggi namun tetap mengampu filosopi catenaccio.
Teknik bertahan menggunakan man marking atau penjagaan ketat tanpa dibarengi dengan stamina yang prima kadang bisa membuat sebuah tim jadi keteteran.
Tambah lagi dengan garis pertahanan yang tinggi, kehilangan fokus karena stamina dan keinginan menyerang yang terlalu ambisi akan mengubah segalanya.