Hal-hal inilah yang kemudian menjadikan guru seakan ditekan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kasihan, jika ganti kurikulum, maka guru harus beradaptasi dan merevisi berkas-berkas administrasinya.
Pemerintah pusat, Jokowi maupun Mas Nadiem mungkin bisa berbicara tentang kebijakan penyederhanaan administrasi guru. Tapi, apakah kebijakan ini sudah sampai ke pemerintah daerah?
Akhirnya, permasalahan ini tidaklah sederhana. Jika tidak ada koordinasi yang mantap antara pemerintah pusat dan daerah, maka ruwetnya masih akan sama saja.
Keberadaan teknologi barangkali bisa menjadi jalan tempuh utama untuk menyederhanakan birokrasi dan mendietkan administrasi guru. Tapi, bukankah keberadaan teknologi hari ini lebih banyak yang sekedar "memindahkan data dari cetak ke elektronik?"
Jika iya, maka apa artinya teknologi. Sama saja dusta penyederhanaan birokrasi itu.
Kiranya, kebijakan RPP 1 lembar juga demikian. Yang perlu dipertanyakan adalah, sedalam apa esensi dari RPP singkat ini? Apakah akan dijadikan master plan, sebatas kelengkapan dokumen yang kemudian minta dirincikan, atau benar-benar jadi gaungan Merdeka Belajar?
Yang jelas, jangan hanya kulit luarnya yang indah sederhana,tapi isinya tetap pahit dan asam. Jika harapannya adalah Merdeka Belajar, maka fokus mengajar dan pemantapan karakterlah tujuan utamanya. Guru akan fokus jika mereka tidak obesitas bebannya, tidak dalam keadaan tertekan, tidak juga dalam keadaaan ditekan.
Lagi-lagi ini tidak sekadar perbaikan dan pendietan administrasi guru saja. Kita butuh perbaikan menyeluruh baik dari aspek kebijakan, anggaran, infrastruktur, koordinasi pusat dan daerah, manajemen sekolah hingga perbaikan lingkungan belajar siswa.
Guru punya beban, siswa punya beban, dan pemerintah juga punya beban. Beban ini mesti kita angkat bersama untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.
Setiap dari kita adalah komponen-komponen pendukung yang me-make up wajah pendidikan. Maunya, pendididikan kita tidak hanya elok hasil, tapi juga elok secara proses baik dari luar maupun dari dalam.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H