Baru saja provinsi dengan julukan Bumi Rafflesia ini tertimpa kabar duka. Melalui Gubernur Rohidin Mersyah, Bengkulu akhirnya mengonfirmasi kasus positif Covid-19 pertama.
Dalam konferensi Pers di Pemda provinsi Bengkulu Selasa pagi (31/03/2020), Rohidin menyebutkan ada satu pasien asal Lampung yang positif Covid-19.Â
"Sebelumnya berstatus PDP dirawat di RS kota lalu dirujuk ke RSMY. Hasil lab pasien ini tadi malam yang kita terima, dinyatakan positif," kata Gubernur Rohidin. Beberapa saat sebelum konferensi pers, pasien ini meninggal dunia.
Pasien yang juga merupakan anggota Jama'ah Tabligh ini sempat berinteraksi dengan jamaah masjid At Taqwa di Bengkulu, sehingga masjid akan disemprot disinfektan serta diisolasi.
Lebih lanjut, pihak terkait mengambil inisiatif akan menelusuri siapa-siapa saja warga yang pernah berkontak lansung dengan pasien. Selain itu, semua warga jamaah Tabligh yang bukan warga Bengkulu dipersilahkan untuk segera pulang kampung.
Atas kejadian duka ini, semakin kuatlah fakta bahwa wabah Covid-19 begitu berbahaya. Hal ini terbukti dari mendadaknya kasus positif Covid-19 di Bengkulu. Virus ini begitu liar dan karakteristiknya beda-beda tergantung pada tingkat imunitas seseorang.
Maka darinya, menjaga kesehatan dan menjauhkan diri dari kepanikan bisa jadi salah satu penangkal. Selain itu, penerapan social distancing, phsycal distancing pula sangat diperlukan sebagai tindak penghindaran dan pencegahan penularan Covid-19.
Meski demikian, yang menjadi salah satu biang dari kepanikan warga Bengkulu adalah tentang ramainya orang-orang yang masuk ke Bengkulu. Bagaimana tidak panik, ribuan orang yang datang ini berasal dari daerah-daerah yang terjangkit Covid-19.
''Notifikasi perjalanan orang dari daerah terjangkit di Bengkulu, terdata ada 4.638 orang. Mereka baru pulang dari daerah terjangkit,'' kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Herwan saat dikonfirmasi, Senin (30/03/2020).
Walaupun jumlahnya lebih dari empat ribuan, Herwan sendiri mengonfirmasi bahwa tidak ada satupun dari mereka yang tergolong ADP maupun PDP. Hal ini dikarenakan adanya data verifikasi yang belum menunjukkan gejala klinis Covid-19.
Karena namanya Covid-19, lagi-lagi kita tidak bisa memastikan bahwa semua pendatang ini sudah terbebas dari virus. Yang jelas, gejala Covid-19 tidak selalu muncul di awal sehingga tindakan pencegahan sangat berarti untuk menangkalnya.
Diketahui lebih lanjut, orang-orang yang ramai ingin ke Bengkulu ini ternyata adalah warga Bengkulu yang pulang kampung. Mereka berniat pulang karena sebagian besar tempat kerja mereka (pabrik/perusahaan) sudah tutup.
Warga yang datang ini juga baru tersadar jumlahnya ribuan sejak digelarnya posko-posko di perbatasan provinsi Bengkulu. Artinya, tidak menutup kemungkinan bahwa sebelum posko didirikan sudah banyak orang-orang yang masuk ke Bengkulu.
Lagi, ini cukup mengkhawatirkan sekaligus dilema. Khawatir, bisa saja para pemudik ini bawa virus dan belum dideteksi. Dilema, karena mereka sudah luntang-lantung di negeri orang.
Barangkali, pendirian posko di perbatasan Bengkulu ini merupakan suatu tindakan yang cukup cepat tanggap. Tapi, mengingat adanya konfirmasi kasus Covid-19 dan itu terjadi di dalam Bengkulu sendiri, maka pemerintah Bengkulu sudah harus berjuang dari luar-dalam.
Selain berjuang secara luar-dalam, pihak-pihak terkait juga mau tidak mau mesti kerja dua kali. Upaya ini dilakukan demi keamanan masyarakat setempat. Di posko perbatasan dilakukan check-up, dan di terminal atau tempat pemberhentian bus juga dicek kesehatannya.
Hal ini tidak lepas dari banyaknya pemudik yang datang melalui transportasi umum seperti bus, travel maupun kendaraan pengangkut barang.
Selain cek kesehatan, penyemprotan disinfektan pula rasanya perlu dilakukan baik di terminal maupun di bus-bus yang masuk ke Bumi Rafflesia. Dan tidak menutup kemungkinan, tempat-tempat singgah seperti rumah makan juga perlu mendapat perhatian.
Artinya, mesti ada koordinasi dan kerja sama antar lintas sektor baik dari Dinas Kesehatan, pihak keamanan, serta Dinas Perhubungan.
Syahdan, dari sisi masyarakat Bengkulu sendiri sudah berupaya maksimal dalam menjalankan kegiatan belajar dan bekerja dari rumah. Libur sekolah juga sudah diperpanjang hingga pertengahan April sembari menantikan perkembangan lebih lanjut.
Tidak hanya sekolah, pengajian sudah dihentikan sementara. Resepsi sudah dilarang, begitu pula dengan kegiatan berkerumun lainnya.
Berbagai kabupaten di provinsi Bengkulu sudah mulai giat menyemprotkan disinfektan ke jalan-jalan dan desa-desa. Semua diupayakan untuk menutup peluang penyebaran Covid-19.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H