Satu yang salah, semua anggota kena tinta. Jika semua bertanggung jawab atas satu, enak pula! Ini tidak, malah satu yang bertanggung jawab kepada semua.
Perihal ini pula yang mengingatkan saya dengan perkataan salah satu guru senior di SD tempat saya mengajar. Beberapa hari lalu sebelum libur, beliau yang merupakan guru kelas I mengatakan kepada saya:
"Ozy, setelah setahun kamu mengajar di sini barulah tampak, kan? Tampak mana orang yang kerja sesukanya, mana yang suka cari muka, dan tampak mana yang suka menimpakan kesalahannya kepada orang lain."
Saya pun sedikit mengangguk, karena saya sadar bahwa akhir-akhir ini ada beberapa prinsip baik yang mulai goyah. Misalnya tentang disiplin dan menunda-nunda pekerjaan untuk berperang di garis akhir.
Bagaimana tidak goyah, yang disiplin dipandang cari muka, yang kerjanya cepat dan kemudian ada setitik kesalahan langsung dihujat sok ingin jadi pemenang.
Namun, bukannya menghujat balik, saya malah sadar bahwa wajar di luar sana banyak orang yang memilih resign dari pekerjaan, padahal kerjanya enak, gajinya cukup dan terpenting tidak jadi pengangguran. Ternyata, "Kurang Kuat Mental!"
Hanya karena membuat beberapa kesalahan seseorang bisa saja langsung jatuh, menganggap dirinya lemah, bahkan bodoh. Tambah lagi jika orang-orang di sekitarnya kurang mampu mengapresiasi makna terdalam dari kesalahan itu sendiri.
Sangatlah wajar kiranya situasi seperti ini akan menghasilkan peperangan di ruang kerja. Sudah melakukan kesalahan, ditimpakan sebagai biangnya salah, pula! Semakin jelaslah bahwa kemudian orang-orang yang mampu bertahan adalah mereka yang kuat prinsip dan mental.
Membuat Kesalahan Lebih Baik daripada Memalsukan Kesempurnaan
Sebenarnya, dibandingkan dengan membuat kesalahan ada perilaku lain yang lebih bahaya. Ialah memalsukan kesempurnaan. Sederhananya, seseorang berbuat salah namun tak mau mengakui kesalahannya bahkan mengklaim dirinya sudah benar dan sempurna.
Perumpamaannya, saya teringat dengan tulisan Pak Tjip "Jauh Bau Bunga, Dekat Bau Bangkai". Seseorang yang memalsukan kesempurnaan, dari jauh tampaknya begitu rapi, indah dan enak dilihat. Tapi saat sudah dekat dan kemudian kita tahu itu adalah sebuah kepalsuan yang terolesi, maka terlukislah perumpamaan "Jauh Bau Bangkai, Dekat Bau Bangkai".
Baca perumpamaannya saja sudah tidak enak, kan? Hohoho. Itu hanya sekadar penggambaran betapa buruknya perilaku seseorang yang memalsukan kesempurnaan.