Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedih! Saat Seseorang Wafat Karena Corona, Keluarga Tidak Bisa Lakukan Amalan Ini

24 Maret 2020   23:04 Diperbarui: 25 Maret 2020   00:49 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benar-benar wabah yang mengerikan! Kiranya inilah ungkapan yang cocok untuk menjelaskan tentang coronavirus. Bagaimana tidak mengerikan, belum habis tanggalan di bulan Maret 2020 ratusan negara di dunia telah tercemar.

Berbagai catatan statistik seakan menambah kengeriannya. Per tanggal 24 Maret 2020 saja sudah ada 384.432 kasus terangkum dari seluruh negara. Sementara itu, jumlah kematian mencapai 16.591 kasus, sedangkan 102.536 kasus di antaranya sembuh.

Syahdan, di negara Indonesia sudah terangkum ada 686 kasus coronavirus, 55 di antaranya meninggal dan 30 orang berhasil sembuh.

Perlu direnungkan, catatan ini sejatinya bukanlah sekadar statistik melainkan angka-angka merah yang telah menegur kita. Sudah selayaknya kita melindungi diri dan keluarga, serta ikut mendukung program pemerintah untuk memberantas corona.

Apakah fakta-fakta ini belum cukup mengerikan hingganya banyak saudara-saudara di luar sana yang masih bandel?

Agaknya, detik ini juga kita perlu merenungkan dan membayangkan andai nanti kita sendiri yang terjangkit dan meninggal karena coronavirus. Namun, terlebih dahulu kita berdoa semoga saudara-saudara kita yang telah wafat karena corona, tergolong syahid fil akhiroh. Aamiin

Biasanya saat seseorang meninggal dunia, maka keluarganya memiliki tanggung jawab untuk mengurus jenazah. Jika ia seorang muslim, maka amalan dari keluarga maupun masyarakat bisa dimulai dari takziah, memandikan jenazah, mengkafani, dan terakhir menguburkannya.

Sesekali jika sempat, pihak keluarga akan memberikan pelukan dan ciuman terakhir kepada jenazah sembari mendoakannya. Terang saja, itulah pertemuan terakhir antara keluarga dan seseorang yang dicintainya.

Namun, kisah dan tata caranya akan berbeda andai yang meninggal itu tuah dari coronavirus. Aturan Islam, jenazah tetap dikuburkan. Meski demikian, ahli keluarga tidak bisa melakukan seluruh amalan-amalan sebagaimana yang saya sebutkan di atas tadi.

1. Tidak Bisa Mendampingi Saat Pasien Sakratul Maut

Sedih kiranya, saat pasien positif corona mengalami sakratul maut belum tentu keluarga bisa mendampingi dan mentalqinkannya. Padahal, itulah kesempatan terakhir keluarga melihatnya bernapas.

Mau bagaimana lagi, hal itu lebih baik daripada keluarga malah tertular corona. Barangkali, jangankan ingin memeluk, mencium dan mentalqinkannya. Kesempatan untuk melihat wajahnya secara langsung dan dari dekat saja susah.

2. Pengurus Jenazah Hanya dari Pihak Medis

Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan bahwa jenazah pasien positif Corona akan diurus oleh tim medis dari rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk resmi oleh pemerintah. Sedih kedengarannya, tapi mau bagaimana lagi karena inilah salah satu tindakan pencegahan.

Sebelum ingin memandikan jenazah, petugas medis mesti memakai berbagai alat pelindung seperti sarung tangan, masker dan pakaian pelindung khusus. Jelasnya, kegiatan ini tidak bisa dilihat oleh ahli keluarga karena berada di ruang khusus.

Petugas medis tak bisa makan, minum dan tak pula boleh menyentuh wajah sang jenazah. Begitu pula dengan darah maupun cairan jenazah, petugas medis sebisa mungkin mesti menghindarinya.

Dari sini, bisa dibayangkan betapa rawan dan beratnya kerja seorang petugas medis dalam menangani pasien corona. Perawatan jenazah yang mereka lakukan bisa memperbesar resiko penularan.

Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita memberikan mereka apresiasi, semangat dan taburan doa-doa terbaik.

Dan di saat-saat krusial ini, di manakah posisi keluarga? Nyatanya, keluarga tidak bisa semata ikut campur dalam proses memandikan jenazah serta mengkafaninya.

3. Shalat Jenazah Hanya Dilakukan di Rumah Sakit Rujukan

Jenazah pasien corona tidak bisa dibawa pulang ke rumah duka. Sesuai dengan prosedur dari Kemenag, pelaksanaan shalat jenazah hanya bisa dilakukan di rumah sakit rujukan.

Dan jika memang memungkinkan, gelaran shalat jenazah tetap bisa dilakukan di masjid terdekat dengan syarat masjidnya sudah disanitasi secara menyeluruh.

Sedihnya, saat shalat jenazah para jamaah bahkan keluarga dilarang menyentuh jenazah. Petunjuk dan prosedur ini mesti dilakukan, mengingat kesempatan tertularnya virus corona cukup besar.

4. Jenazah Dikuburkan Menurut Aturan

Saat dikuburkan, barulah pihak keluarga dapat berkontribusi langsung. Namun, sebelum itu mereka perlu menggunakan pelindung diri yang sudah direkomendasikan oleh rumah sakit rujukan.

Untuk tata cara penguburannya, jenazah mesti dikubur dengan kedalaman 1,5 meter lalu ditutup dengan tanah setinggi satu meter. Proses ini pun mesti hati-hati, karena jika ada jenazah lain yang juga ingin dikuburkan, maka keduanya mesti dipisah.

Demikian juga dengan Lokasi penguburan, minimal berjarak 500 meter dari pemukiman terdekat. Inilah akhir dari prosesi mengurus jenazah pasien corona

Jangan Anggap Remeh

Dari uraian di atas, yang lebih sedih sebenarnya adalah keluarga jenazah, karena di saat itu mereka tidak bisa memberikan ungkapan kasih sayang terakhir seperti pelukan dan ciuman. Keluarga hanya bisa menatap dan berkirim doa dari kejauhan.

Kita semua, tentu tidak ingin mengalami kejadian yang menyedikan seperti ini. Maka dari itulah, jangan sekali-kali menganggap remeh corona, jangan pula egois.

Barangkali, para korban coronavirus yang saat ini telah wafat tiada pernah akan menduga ia telah menjadi korban keganasan corona. Atau, beberapa saat sebelum terjangkit mungkin mereka sempat menonton pemberitaan dan korban terkait dengan corona.

Ajal alias kematian memang sudah tercatat tanggalnya, dan sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun, selagi bernapas kita perlu terus gaungkan ikhtiar, terus berusaha memutuskan rantai penyebaran corona, membatasi egoisme diri dengan berdiam di rumah serta menjaga kebersihan.

Pencegahan ini selagi sempat haruslah dimulai sedini mungkin. Kita sendirilah yang perlu memulainya. Yang jelas, semua orang tidak mau jadi korban berikutnya. Semoga wabah ini segera berakhir dan masing-masing dari kita diberikan kekuatan untuk menjaga diri.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun