Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daripada Banyak Ngeluh, Mendingan Orangtua Tiru Sikap Bijak Meisya Siregar

22 Maret 2020   14:25 Diperbarui: 22 Maret 2020   14:34 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anak-anak tidak ditemani atau diperhatikan, tentulah mereka anak senantiasa mengeluh dan kelelahan. Di sinilah sebenarnya peran orangtua sangat dibutuhkan, bukan untuk mengisikan tugas anak melainkan sejenak menemani mereka.

Jika orangtua bisa mengambil sisi positif dari kebijakan belajar dari rumah, maka rasa capek dan lelah itu akan tergantikan dengan petikan makna bahwa ternyata pekerjaan guru itu berat.

Meisya Siregar dan Respect Mendalam Terhadap Profesi Guru

Postingan Instagram Meisya Siregar. (Dok. Instagram Meisya Siregar) dari kompas.com
Postingan Instagram Meisya Siregar. (Dok. Instagram Meisya Siregar) dari kompas.com

Salah satu contoh orangtua yang mampu memetik sisi positif ini adalah aktris sekaligus presenter terkenal bernama Meisya Siregar. Sosok perempuan yang sempat mengawali karirnya sebagai model ini mengungkapkan bahwa ada hikmah positif atas kebijakan belajar dari rumah.

Saat ini Meisya mulai merasakan kesulitan saat ia harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah sebagai seorang guru. Dari sinilah, ia bertekad lebih menghargai profesi guru.

"Hikmah belajar 14 hari ini, kita merasakan mengajar dan mendidikan anak. Biasanya kan tugasnya antara guru dan orangtua 50:50, sekarang 80 persen orangtua, 20 persen guru. sekarang tuh kita lebih banyak merasakan pekerjaan guru itu sulit," kata Meisya saat dihubungi Kompas.com.

Lebih lanjut, pemeran Mama Bastian dalam film Coboy Junior The Movie ini juga menerangkan bahwa menjadi guru tak hanya membutuhkan Intelligence Quotient (IQ), melainkan juga harus memiliki Emotional Quotient (EQ).

Terang saja, seorang guru yang mantap mesti memiliki kadar kesabaran yang tinggi terutama dalam menghadapi banyak siswa dengan beragam karakter. Karena perilaku siswa yang berbeda-beda ini, maka pendekatan emosinya juga berbeda.

Saat ada siswa yang malu-malu unjuk tangan, misalnya. Siswa yang seperti ini biasanya kurang PeDe tampil di depan kelas, hingganya seorang guru tidak bisa memaksanya tampil dengan cara marah-marah.

Agar siswa mau tampil, guru perlu menusukkan jarum-jarum penyemangat melalui pendekatan personal untuk membangkitkan keberaniannya. Bisa dengan motivasi secara perlahan dan lembut, bisa dengan pujian, bisa pula dengan meyakini bahwa si siswa tadi pasti bisa.

Kalau caranya langsung marah-marah, bagaiamana? Yang ada, siswa malah menangis di kelas. Atau, minimal siswa akan maju dalam keadaan tertekan. Ketakutannya kepada guru akan semakin bertambah.


Kembali ke kisah Meisya, saat mendampingi anak-anaknya belajar di rumah ternyata Meisya menemukan berbagai tantangan yang selama ini biasa dihadapi oleh guru di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun