Tapi, begitulah nikmatnya ketika anak-anak berada di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Rumah jadi lebih rame dan heboh, dan orangtua cenderung lebih rajin membuat cemilan untuk anak-anaknya. Kalau di sekolah bisa langsung beli, tapi di rumah buat sendiri, dan itu nikmat.
Ibu berubah status menjadi guru kelas, ustazah, guru bimbel, guru piket, petugas kesehatan, koki hingga penjaga sekolah. Sedangkan ayah, bisa jadi kepala sekolah.
Lengkap, bukan? Dari sini, barulah terasa bagaimana berharganya seorang guru untuk anak-anak kita. Betapa sulit pula kerja guru mencerdaskan, mengajar, dan mendidik anak di sekolah.
Kadang hal-hal seperti ini sukar dirasa, kecuali sudah dialami oleh orangtua itu sendiri. Saat orangtua sering marah-marah ketika mendampingi anaknya belajar, saat itulah mestinya mereka sadar bahwa ternyata seorang guru lebih sabar daripada dirinya sendiri.
Tapi tetap, posisi orangtua tidak terganti baik perihal kepentingan anak maupun tentang tanggung jawab.
Di rumah siswa nyaman dengan perhatian orangtuanya, di sekolah, siswa membawa kenyamanan itu untuk kembali bersemangat belajar dengan gurunya. Semoga bencana coronavirus ini bisa segera berakhir, karena siswa sudah rindu dengan sekolah.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H