Syahdan, tata krama yang juga sangat penting adalah membiasakan anak-anak menatap wajah terhadap lawan bicara, serta tidak menyela ketika ada suatu pembicaraan.
Mengapa ini sangat penting? Kita, saat berbicara kemudian didengarkan oleh lawan bicara rasanya begitu nyaman, terlebih lagi jika tidak ada celaan yang memotong pembicaraan.
Rasanya keberadaan kita begitu dihargai. Dan jikapun ada komentar, kita lebih mudah menerima karena tadi sudah puas menyampaikan sesuatu, dan sesuatu itu didengar.
Jika anak-anak dibiasakan bersikap seperti ini, agaknya mereka akan mudah menghargai dan tidak menjadi seseorang yang egois, bahkan ingin selalu menang sendiri.
Begitu pula dengan tata krama lainnya, yang sederhana dan dekat dengan anak rasanya perlu kembali didaur ulang oleh orangtua.
Misalnya, membiasakan anak mau berbagi dan sabar menanti giliran, membiasakan anak memenuhi janji dan tepat waktu, serta mewajibkan mereka meminta izin sebelum menggunakan barang orang lain.
Bayangkan jika contoh-contoh tata krama ini bisa anak wujudkan saat mereka kembali masuk sekolah nanti. Rasanya bukan hanya guru saja yang bersahaja, melainkan juga siswanya.
Inilah sebenarnya keinginan guru, yaitu sama-sama berkolaborasi dengan orangtua dalam mewujudkan siswa yang bersahaja dan berkarakter mantap.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H