Tentu saja, saat sang senior yang merajuk tadi masuk ruang kerja, sang muda malah berbalik arah mencari tempat lain. Sebaliknya juga demikian. Dan, saat mereka berpapasan keduanya akan pura-pura buta dan tidak kenal.
Duhh, jika orang dewasa yang merajuk, memang sampai sebegitunya, ya?
Jika Merajuk Jadi Jalan Ninjamu, "Tidak Betah, Kan!"
Jika melihat dua sosok orang dewasa yang merajuk berkepanjangan, agaknya keduanya sungguh tidak akan betah. Gara-gara merajuk kerja jadi tidak bersemangat, sering mangkir, dan lama-lama bisa resign.
Jangankan mereka yang merajuk, kita yang berada di dalam instansi itu juga ikut-ikutan tidak betah dan serba salah. Misalnya ketika sebuah percakapan dimulai, saat tersindir tentang sang muda yang merajuk, maka sang senior akan terdiam tanpa kata. Sebaliknya juga demikian.
Padahal, jika saja kedua sosok yang merajuk ini adalah dua siswa SD, mudah saja kita "Paksa" mereka untuk bersalaman dan berdamai. Lah, ini orang tua!
Yang muda dan merajuk merasa gengsi untuk memulai ajakan damai dan bersalaman. Apalagi yang senior! Atau, memang itu adalah jalan ninja keduanya?
Sungguh, sikap merajuknya orang dewasa itu menyengsarakan. Dan, ini juga menjadi kesimpulan bahwa jalan ninjanya orang yang suka merajuk sangat susah menemui gang yang bermerek "Minta maaf".
Tidak Merajuk, "Itulah Jalan Ninjaku"
Merajuk itu sebenarnya sungguh enak. Lihat saja anak kecil. Saat merajuk, sebentar saja tiba-tiba ia dapat balon dan coklat. Istri, semalam saja merajuk akhirnya ia dapat uang seamplop. Pacar, semalam saja ia merajuk akhirnya ia diputuskan. What? Blunder... Hehehe
Enak memang, jika seseorang merajuk kemudian ia dihibur sampailah bahagia dan tertawa. Rasa-rasanya seperti diperhatikan lebih. Rasa-rasanya seperti disayangi lebih dari biasanya.