Kepada sekolah dan guru, kerjasama dan pengawasan kiranya mesti aktif dan digiatkan. Jangan bosan untuk meluruskan karakter siswa dan menjauhkan mereka dari perundungan, karena sejatinya siswa bukanlah mesin fotocopyan yang bisa menggandakan karakter.
Kepada orangtua dan siswa, keterbukaan dan perhatian akan menjadi hal yang sangat penting hari ini. Siswa yang tertutup kepada orangtuanya patut diduga, jangan-jangan ada masalah yang menyangkut diri dan batin.
Sedangkan orangtua yang kurang perhatian, bisa jadi menjadikan siswanya mencari perhatian kepada orang atau benda lain. Bisa ribut-ribut di sekolah, atau menyandukan diri dengan smartphone.
Mendidik dan membentuk karakter siswa memang berat, karena sejatinya karakter itu tidak bisa dikejar dengan kurikulum. Karakter hanya bisa lengket dengan pengalaman.
Maka dari itulah, untuk menjadikan siswa berkarakter butuh pembiasaan-pembiasaan perilaku dan teladan yang baik. Lagi, karena siswa bukan mesin, tidak perlulah sampai mengamati mereka di kelas menggunakan cctv. Itu malah jadi kotak beban bagi siswa.
Biarkan mereka lebih luwes dan bergeliat dengan pengalaman-pengalaman yang baik. Sekolah yang menciptakan suasananya, guru yang memberikan teladan, siswa yang berusaha membiasakan, dan orangtua yang mengajak siswa mengulanginya di rumah.
Pemerintah? Cukup buat kebijakan yang bijaksana, sesekali datang ke lapangan untuk mengontrol, mengawasi, mengevaluasi hingga memberi saran juga dengan bijaksana.
Sabar itu cahaya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H