Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

100 Hari Kerja Nadiem: Menanti Kejelasan Arah dan Transformasi Pendidikan Kita

29 Januari 2020   23:00 Diperbarui: 30 Januari 2020   16:18 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim sebelum pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden RI Joko Widodo mengumumkan dan melantik Menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju serta pejabat setingkat menteri.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Toh, secara kuantitas manusia kita unggul, tinggal lagi mewujudkan kuantitas SDM yang mampu bersaing.

Begitu pula dengan kebijakan Merdeka Belajar jilid II alias Kampus Merdeka. Salah satu apresiasi datang dari Penulis buku dan Pemerhati Pendidikan, Doni Koesoema A.

Beliau menerangkan bahwa kebijakan baru Nadiem tentang Kampus Merdeka telah berbasis pendekatan pembelajaran kekinian dan coba diterapkan di perguruan tinggi.

"Artinya, selama mahasiswa kuliah, ia akan memiliki kesempatan mendalami bidang-bidang ilmu di luar pilihan prodinya (program studi) sebab memang saat ini tidak semua prodi memiliki struktur kurikulum yang memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa." Ujar beliau pada Selasa (29/01/2020).

Dari narasi ini, terlihat bahwa tujuan utama Mas Nadiem adalah mewujudkan pendidikan yang menyenangkan. Senang juga bagian dari merdeka yang berarti setiap peserta didik tidak terjajah oleh belenggu teori yang menyempitkan.

Terang saja semua orang akan menantinya. Menanti untuk segera merdeka, dan menanti untuk segera diajak jalan bersama menuju kemerdekaan belajar.

Kebijakan Nadiem: Hari ini Tinggal Kejelasan Arahnya Lagi

Atas kebijakannya, tak heran jika banyak penduduk bumi Indonesia yang menanti kejelasan. Mau dibawa ke mana pendidikan Indonesia ini, dan bagaimana kiat-kiat untuk segera bertranformasi.

Tentang kebijakan RPP satu lembar, misalnya, tidak sedikit guru yang gabruk menyikapi rencana kebijakan baru ini, termasuklah saya pribadi sebagai guru.

Bagaimana tidak senang, biasanya saya mencetak RPP hingga 30 lembar pada setiap bab, dan sebentar lagi hanya perlu mencetak 1 lembar pada setiap babnya. 30 berbanding 1, alangkah jauhnya pengiritan yang bisa semua guru dapatkan.

Hal ini kemudian juga memunculkan perbandingan-perbandingan yang tidak berkesudahan antara RPP lama dengan RPP baru.

Opini salah satu rekan guru saya misalnya, ia menyebutkan bahwa "RPP lama itu buang-buang kertas. Untuk apa mencantumkan kegiatan dan langkah-langkah pembelajaran hingga begitu panjang. Untuk apa juga mencantumkan materinya secara keseluruhan. Toh, daftar buku bacaan juga sudah tersedia!"

Masih banyak omelan lain, dan mungkin belum akan berkesudahan hingga nanti muncul RPP baru yang sudah sesuai standar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun