"Kebilo bel Pak, Nak baliak lagi!"Â (Bahasa Serawai: Kapan bel Pak, kita mau pulang!)
Pertanyaan ini beberapa kali saya dengar dari mulut indah siswa kelas I di SD, tempat saya mengajar. Terang saja, baik bel istirahat maupun masuk selalu kami bunyikan 2 kali sehingga murid kelas I sulit membedakannya.
Sebenarnya jika mau, bisa saja sekolah mengatur pencet bel 2 kali untuk istirahat dan 1 kali untuk masuk. Tapi guru-guru di sini sudah terbiasa, berikut dengan siswa kelas II sampailah kelas VI. Toh, nanti siswa kelas I juga akan mengikuti.
Kembali ke pertanyaan tadi, tiba-tiba saja saya jadi ingat kenangan dulu saat bersekolah. Adakalanya saya dan teman-teman rindu untuk pulang lambat, dan adakalanya rindu dengan bel sekolah, alias ingin pulang cepat.
Tapi kalau soal keinginan pulang lambat dari sekolah, hampir tidak pernah terjadi kali, ya? Hohoho. Terang saja, kalau tidak ada sesuatu yang aneh di sekolah, siswa tidak akan betah lama-lama di sekolah. Apalagi jika di dekat sekolah ada suara musik pesta pernikahan, pasti suara musik itu mirip dengan bel pulang.
Paling-paling siswa akan betah di sekolah jika guru dan pelajaran jam terakhir serba mengasyikkan. Atau, saat sekolah kedatangan orang penting seperti pejabat, polisi, para penyuluh, hingga bule. Hmm, walaupun di sini bule belum pernah nyasar, sih!
Sisanya? Beberapa situasi-situasi sederhana di sekolah kadang malah menjadi biang alasan siswa untuk selalu rindu dengan bel pulang sekolah.
Saat Diajar oleh Guru Garang
Apakah siswa senang jika jam terakhir diajar oleh guru garang? Agaknya semua siswa pasti senang. Senang untuk segera pulang maksudnya! Hohoho
Tentu saja, di jam-jam terakhir kondisi badan sudah tidak stabil. Lumrah kiranya jika siswa berkedap-kedip mata, badan berpatah kiri dan kanan, hingga tangan yang gemetaran. Toh, hari sudah siang dan matahari sudah keduluan tergelincir dari tengahnya.
Jika situasi ini berhadapan dengan guru garang? Wah, toleh-toleh pun kena marah, mata harus tetap dipaksakan fokus, kaki harus senantiasa tegap, dan badan jangan berpatah-patah. Pikiran? Mungkin sudah berlarian ke rumah. Minimal pikiran sudah sampai ke depan gerbang sekolah.
Padahal, guru itu garang demi kebaikan siswa kan? Tentu saja, tapi apalah daya siswa yang belum berpikir jauh ke sana. Terlebih lagi jika siswa SD, tahunya sudah sekolah ya buru-buru mau main dan cari jambu atau rambutan ke rumah teman sebelah.
Pelajaran Jam Terakhir Membosankan
Selain eksistensi guru garang, faktor pelajaran juga bisa menjadi biang alasan siswa untuk selalu rindu dengan bel pulang sekolah.
Terang saja, jika pelajaran di jam terakhir adalah kesenian atau olahraga agaknya semua siswa akan betah untuk berlama-lama di kelas. Apalagi jika gurunya energik, ganteng maksimal, dan cantik membahana, tambah bahagialah seisi kelas.
Namun apa jadinya jika pelajaran di jam terakhir berisikan materi yang berat-berat. Sudah materinya berat, tugas-tugasnya setajam batu gunung. Tambahlah kantuk itu kian merajalela.
Sejadinya, timbullah harapan siswa yang bertajuk doa "Hai bel pulang sekolah, berbunyilah. Tugas ini biarlah jadi PR saja, aku ikhlas!" Hohoho
Dapat Info Guru Sedang Rapat
Di sekolah manapun, pastilah ada beberapa siswa yang dijuluki informan ulung. Entah itu anak guru, anak ibu kantin, atau siswa yang rumahnya bersebelahan dengan sekolah, beberapa darinya seringkali mendapatkan informasi lebih cepat daripada papan pengumuman.
Soal rapat salah satunya. Kadang-kadang guru memang mengadakan rapat dadakan pada jam istirahat, tepatnya selama 10-15 menit. Siswa yang telah berjuluk informan ulung biasanya sangat peka dengan itu.
Saat guru-guru beserta staf dan karyawan mulai berjalan beriringan ke ruang guru, saat itulah tanda-tanda pulang cepat bisa terjadi. Terang saja, kalau pengumuman rapat di sekolah segera diberitahu maka siswa tidak akan fokus lagi dalam belajar.
Sontak saja, tebak-tebak informasi guru sedang rapat tadi segera menyebar ke seluruh negeri sekolah. Tapi karena guru dan sekolahlah yang lebih tahu, akhirnya siswa tidak jadi pulang cepat. Guru-guru yang tadinya berkumpul ternyata hanya menggelar sarapan bersama. Hohoho
Di sisi lain, karena bosan tidak pernah pulang cepat dan almanak bulan tiada yang memerah, ada pula teman yang usil dan menyebar berita hoaxs bahwa ada beberapa guru yang tidak masuk. Tentu saja seisi kelas begitu bahagia.
Siswa yang sebelumnya sibuk menghafal rumus, sibuk membaca ulang materi selanjutnya, dan sibuk makan jajanan cepat-cepat akhirnya mulai bersantai. Tentu saja, toh isunya beberapa guru tidak masuk.
Tapi, saat bel istirahat usai ternyata guru yang tadinya ditebak tidak masuk malah datang dengan gesitnya. Siapa yang senang? Tentu saja siswa yang menyebar hoaxs tadi, hahaha. Seisi kelas agaknya akan begitu kesal dan segera ingin bel pulang sekolah berbunyi dengan sendirinya.
Class Meeting yang Tidak Bersahabat
Siapa bilang class meeting di sekolah selalu mengasyikkan? Kedengarannya memang asyik, tapi pelaksanaannya tidak selalu demikian. Terang saja, jika jenis Class Meeting di dominasi oleh kegiatan olahraga maka sebagian siswa yang tidak terpilih jadi tim akan sangat suntuk.
Serunya hanya saat mereka mendukung jagoan di kelasnya bertanding. Jika sudah kalah? Apa boleh buat. Siswa hanya bisa duduk, bercerita dan mengantuk. Mau jajan di kantin, uang sudah habis. Akhirnya sesama siswa hanya bisa bertanya-tanya kapan bel pulang sekolah berbunyi.
Esok Hari Libur Nasional
Terakhir, jika esok adalah jatah hari libur nasional biasanya siswa segera ingin pulang cepat sehari sebelum tanggal merah.
Menjelang libur lebaran misalnya, ada-ada saja alasan siswa bertanya kenapa kok bel pulang belum dibunyikan. Mereka mau bantu masak kue, berberes rumah, hingga masak rendang. Padahal, semua alasan ini hanyalah dalih semata.
Menjelang 17san juga seperti itu. Kenapa kok bel pulang sekolah belum dibunyikan? Para siswa ingin segera menegakkan bendera, mengunjungi pameran, dan membuat pernak-pernik kemerdekaan. Padahal? Ya, lagi-lagi hanya dalih.
Dari beberapa alasan ini, agaknya sah-sah saja jika siswa merindukan bel pulang sekolah. jangankan siswa, guru saja kadang rindu dengan bel pulang.
Jujur saja, motivasi siswa dalam bersekolah tidak selalu tinggi dan bersemangat. Jika alasan mereka karena hari libur sudah dekat kiranya itu adalah sesuatu yang tidak tersanggahkan. Tapi, jika alasannya adalah tentang guru, mata pelajaran, hingga Class Meeting yang kurang bersahabat kiranya sekolah masih bisa mengatasi.
Terkait dengan seru atau tidaknya pelajaran, guru yang mengajar di jam terakhir memang harus bekerja keras untuk dirinya dan juga siswanya. Menjelang siang, guru juga capek dan ngantuk. Tapi, tugas mengajar tetaplah kewajiban dan harus selalu dilumuri dengan kata ikhlas.
Begitu pula dengan kegiatan seperti Class Meeting yang perlu diracik sedemikian rupa agar semua siswa terlibat. Jika semua siswa berpartisipasi, agaknya bel pulang sekolah yang tadinya dirindukan sudah kalah saing dengan teriakan semangat para siswa.
Biarlah bel pulang sekolah tetap dirindukan, karena sejatinya ia akan terus berbunyi. Tetaplah buat siswa bersahabat dengan sekolah, agar selalu tumbuh semangat juang dalam belajar.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI