Tidak terpungkiri kiranya, masa-masa seperti itu senantiasa datang dan menghampiri orang-orang yang mulai menata dirinya untuk terus berteguh pendirian.
Ada sikap buruk yang hanya lewat, ada sikap yang mampir sebentar, dan tidak menutup kemungkinan bahwa ada sikap yang tertinggal dan mulai lengket.
Sekilas, sikap-sikap bertajuk keburukan itu pasti tertolak oleh hati. Namun karena hati itu sendiri tidak berbentuk, jadinya diri ini sering goyah. Belum lagi dengan bisikan maut "istirahat saja sebentar, kamu kan sudah baik!" yang seakan-akan mengarah pada rasa cukup dan bangga.
Itu sungguh merusak, karena teguh pendirian sejatinya mengarah kepada perilaku rendah hati dan tiada pernah merasa cukup untuk berbuat baik. Istirahatnya hanya berupa kelegaan dan senyuman yang diperlihatkan oleh orang lain, adem.
Nyatanya hidup ini bukan untuk istirahat melainkan untuk berjuang. Berjuang untuk berbuat baik, menebar kebaikan, dan menjadi biang manfaat bagi semesta. Teman yang baik bisa menjadi penguat. Keluarga, kekasih hidup, dan diri sendiri pun bisa menjadi penopang teguh.
Terakhir dan terutama, kita perlu doa untuk memegang hati yang sering terbolak-balik ini.
"Ya Allah, Sang Pembolak-balik hati. Tetapkanlah hati kami untuk senantiasa taat kepada-Mu. " HR. Muslim
Capaian terbaik dari istiqomah adalah taat, karena semakin istiqomah seseorang (dalam kebaikan) semakin taatlah dia. Dan, perwujudan taat itu adalah tabiat yang baik dan perilaku yang rendah diri. Semoga kita termasuk orang-orang yang berteguh diri dalam kebaikan. Aamiin.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H