Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jangan Lupa, Sekolah Juga Korban Banjir!

4 Januari 2020   13:08 Diperbarui: 4 Januari 2020   19:18 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak sedang main banjir. (tagar.id)

Banjir yang melanda Jabodetabek dan Banten kiranya sudah banyak menimbulkan kerugian. Keluh bertebaran di sana-sini, fasilitas umum banyak yang rusak, dan aktivitas sehari-hari cenderung lumpuh.

Belum lagi soal naturalisasi vs normalisasi sungai, mobil yang terseret banjir, hingga lempar tangkap argumen tentang bagaimana sebaiknya banjir ditanggulangi. Ini bencana, sebaiknya jangan dijadikan kehebohan dan ladang perdebatan.

Tapi, agaknya ada hal yang sedikit telat dari bencana ini, yaitu terkait dengan pendataan terhadap sekolah terdampak banjir. Apakah karena sekolah masih libur hingga kurang mendapat perhatian? Kiranya Mendikbud kurang cepat tanggap menyikapi hal ini.

Terang saja, banjir yang menimpa Jabodetabek sudah terjadi sejak awal tahun baru dan sudah berlalu 4 hari. Namun, belum ada konfirmasi terkait langkah yang akan dilakukan Kemdikbud apakah akan mengajak Nadiem sidak sekolah, apakah ada rencana pemberian seragam gratis, atau menfasilitasi alat-alat tulis untuk belajar.

Lumrah kiranya jika koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji beropini bahwa Nadiem Makarim lamban dalam menangani banjir, padahal banyak sekolah yang terkena dampak banjir.

Beliau pula mengatakan:

"Mungkin Pak Menteri belum sadar, kalau sekolah juga bagian dari korban banjir." Pernyataan ini tidak lain tidak bukan berangkat dari belum adanya data terkait dengan berapa jumlah sekolah yang terdampak banjir hingga Jumat (03/01/2020) malam.

Ratusan Sekolah Terdampak Banjir

Meski demikian, rupa-rupanya di hari yang sama pihak Kemdikbud sudah berupaya melakukan pendataan terhadap sekolah-sekolah yang terdampak banjir. Nadiem bersama jajarannya terus melakukan koordinasi dengan Pemda dan BNBP.

Dan, berdasarkan data dari Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) pada hari Jumat, Kemdikbud mencatat terdapat 302 sekolah yang terdampak banjir.

Berdasarkan pendataan ini, tercatat ada 201 sekolah di Jakarta terendam banjir, 89 sekolah akses jalannya terganggu dan ada sebanyak 8.420 siswa di Jakarta terdampak banjir. Dari Kabupaten Lebak, Banten, ada 12 sekolah rusak akibat banjir,  dan rumah 20 guru serta tenaga kependidikan terendam banjir.

Bagi ratusan sekolah yang rusak dan terendam banjir, agaknya proses pembelajaran belum bisa dilangsungkan dalam waktu dekat. Kita tidak begitu tahu bagaimana nasib buku-buku di sekolah yang terdampak banjir, begitu pula dengan kondisi ruang kelasnya.

Dan bagi ribuan siswa yang terdampak banjir, kiranya mereka harus menjaga kesehatan dan keselamatan diri mereka terlebih dahulu. Terang saja, kondisi air bah yang kotor sebenarnya tidak baik untuk dijadikan lahan berenang.

Siswa mungkin senang-senang saja "cebar-cebur" sembari menghilangkan kedukaan mereka atas bencana ini, tapi pelajaran kesehatan dari orangtua tetap harus dimakan dan siswa diusahakan harus tetap sehat. Belum bersekolah, minimal mereka bisa membantu orangtuanya dalam mengondisikan rumah yang terdampak banjir ataupun mengungsi.

Sekolah Dihimbau Libur, Guru Dapat Tunjangan

Jika memang tidak memungkinkan untuk sekolah, tiada salahnya sekolah diliburkan terlebih dahulu. Jangankan siswa, guru dan tenaga pendidikan pula masih sibuk mengurus rumah untuk menenangkan diri.

Jujur saja, tidak sedikit kerugian yang dialami warga yang terdampak banjir, terlebih lagi bagi mereka yang mengungsi. Beritanya mungkin tentang rumah yang rusak, rumah yang terendam, dan rumah yang terdampak banjir. Tapi tentang perabotan, fasilitas rumah, kendaraan, hingga berkas-berkas pribadi kita tidak tahu.

Maka dari itulah, baik Nadiem maupun Pemerintah Daerah sebaiknya juga memperhatikan sekolah-sekolah yang terdampak banjir secara rinci. Tidak sekadar sekolahnya saja, melainkan juga keadaan siswa, guru, ruang kelas, hingga akses jalan menuju sekolah.

Prioritasnya adalah keselamatan siswa dan juga keselamatan guru/tenaga kependidikan. Kondisi sekolah sudah sehat, bersih, stabil atau belum. Jika belum, ada baiknya PBM di sekolah ditunda daripada nanti siswa dan pihak sekolah tertimpa penyakit.

Seirama dengan itu, Nadiem menghimbau bahwa dalam situasi darurat bencana, sebaiknya sekolah diliburkan terlebih dahulu.

"Selama sekolah diliburkan, guru dapat memberikan tugas-tugas kepada murid sesuai dengan kondisi di lapangan." Ucap Nadiem dalam siaran pers diterima Kompas.com, Jumat (03/01/2020).

Lagi-lagi kembali pada kondisi di lapangan. Jika nanti siswa belum bisa sekolah, kiranya tugas-tugas yang dapat dijalankan siswa adalah menjaga kesehatan diri serta membantu orangtua/keluarganya. Minimal, siswa tidak menyusahkan dengan bermain kotor dan berenang di air bah secara berlebihan.

Ingat siswa, maka ingat juga gurunya. Inilah bentuk perhatian yang tidak setengah hati karena guru juga mesti menjaga kesehatan dan keselamatan diri serta keluarganya. Minimal, setelah masuk sekolah nanti mereka bisa berjalan dengan semangat dan kembali menjadi pahlawan bagi siswa.

Tunjangan khusus rasanya layak untuk diberikan kepada guru-guru yang terdampak banjir. Sejalan dengan ini, Nadiem mengungkapkan bahwa Kemendikbud juga sedang melakukan pendataan untuk pemberian tunjangan khusus bagi para guru terdampak banjir yang akan diberikan selama tiga bulan.

Tunjangan khusus ini di luar dari tunjangan profesi yang biasanya didapat oleh guru dan tenaga kependidikan. Harapannya, minimal gairah mendidik kembali meningkat pasca banjir dan tiada kerumitan yang berarti terkait dengan prosedur pencairan.

Dan terakhir, perhatian pemerintah terhadap sekolah dan isinya sebaiknya jangan setengah hati dan dipikirkan belakangan. Aktivitas warga memang harus terus berjalan, dan aktivitas pembelajaran di sekolah juga harus terus berjalan.

Saat ini, sekolah sebagai lahan aktivitas pembelajaran sedang menjadi korban banjir, dan sebagaimana korban banjir lainnya, sekolah juga butuh perhatian.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun