Jika ada satu orang saja guru garang di sekolah, maka beruntunglah sekolah itu. Berarti ada sosok guru yang memiliki perhatian yang besar terhadap kependidikan dan keselamatan siswa.Â
Tidak perlu keringat dingin dengan dalil HAM atau KPAI, karena guru yang peduli akan memprioritaskan keselamatan siswa. Toh, itu adalah hak siswa. Guru yang duluan bertindak mencegah dan mengatasi, belum HAM belum juga KPAI.
Sebenarnya, satu orang guru garang saja sudah bisa menenangkan seluruh isi sekolah. Tampak wajahnya dari sebalik pintu ruang guru saja siswa sudah terbujur bisu masuk ke kelas. Tak perlu panggil pasukan guru atau bahkan penjaga sekolah untuk menenangkannya. Hohoho
Hal ini perlahan juga akan berefek pada rekan-rekan guru di sekitarnya. Beberapa guru yang mungkin selama ini masih mengajar dan mendidik sekadarnya bahkan cenderung permisif, akan ikut-ikutan untuk perhatian kepada siswa.
Bukan semata-mata untuk membuat siswa takut secara psikologis, melainkan untuk membatasi ruang gerak siswa yang selama ini cenderung kelewatan dan berlebihan. Adakalanya guru humoris dan menyenangkan, adakalanya guru harus benar-benar menjadi sosok pelindung bagi siswa.
Jika benar penempatan sikap guru, maka biar segarang apapun guru itu siswa akan tetap menaruh hati padanya. Tetap menaruh takzim, dan akan mengenang jasanya bahkan sampai siswa itu menua.Â
Sekarang mungkin belum paham, tapi nanti setelah dewasa atau salah satu siswa sudah menjadi guru, barulah paham mengapa perlu garang.
Namun, jangan salah makna. Garang bukan berarti membenci semuanya dengan keterlaluan. Garanglah pada tempatnya, bukan sesukanya. Garanglah sesuai situasi dan kondisinya, bukan sesuai keinginan hatinya. Dan, garanglah atas semua perbuatan negatif dan keburukan, bukan kebaikan.
Salam.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI