Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat SD, Pernahkah Anda Mengompol di Kelas?

4 Desember 2019   19:18 Diperbarui: 4 Desember 2019   19:14 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD kebelet kencing. (Sumber: sharinghappines.org)

Jawab jujur ya... Apakah dulu sewaktu masih duduk di bangku SD Anda pernah mengompol di kelas?

Kalau saya, belum pernah. Soalnya setiap mau berangkat sekolah, Ibu saya pasti memaksa saya untuk berkemih terlebih dahulu. Terlepas ada atau tidaknya air seni yang keluar, pokoknya harus pergi dulu ke WC. Tapi teman-teman saya pernah, bahkan beberapa kali loh! Hehehe

Jika sudah ada yang mengompol di kelas, sontak saja pembelajaran akan terganggu. Bahkan dulu, sewaktu saya masih kelas 1 SD dan ada teman yang kebablasan, kelas kami pun jadi banjir karena ibu guru mengajak membersihkan kelas. 

Dan ketika pulang, semua teman berjalan sambil berjinjit, bahkan sebagian lainnya mencari kaki kursi sebagai tumpuan.

Kasus lain, ada pula teman yang mengompol saat jam-jam awal pembelajaran. Beruntungnya, Ibu guru tidak memarahi seisi kelas dan malah menyuruh anak yang kebablasan tadi untuk segera pulang dan mengganti celana, karena rumahnya yang memang berdekatan dengan SD.

Sayangnya, saat ia kembali ke kelas mulailah ada beberapa teman yang usil dan berbicara "ihh, masih bau. Ngompol nie..... " seraya mengejek. Beruntungnya tidak ada ketersinggungan berlebihan, apalagi sampai berkelahi. Tidak seperti anak SD hari ini.

Tidak cukup sekadar kelas 1, ada pula siswa yang pernah mengompol walau sudah kelas 3 dan 4 SD. Tentu saja malunya lebih besar. tapi apa daya diri jika sudah kebablasan keluar.

Mengapa Siswa SD Mengompol di Kelas?
Kalau cerita ini tentang mengompol di rumah saat tidur, rasanya masih wajar-wajar saja. Bahkan ada beberapa orang yang sudah masuk kategori dewasa masih saja mengompol.

Jika ukurannya bayi dan anak kecil, sebenarnya normal-normal saja karena mereka belum bisa buang air kecil sendiri. Namun, jika mereka yang sudah menginjak usia remaja dan dewasa masih saja mengompol, akan menjadi hal yang tabu dan cenderung memalukan.

Saya pun dulu saat masih kelas 1 SD pernah mengompol saat tidur. Rasanya ini terkait tentang gangguan tidur. Terang saja, saya ingat waktu itu dalam tidur sedang buang air kecil di pinggir sawah. Saya merasa itu sekadar mimpi, tapi setelah bangun kok basah? Oh, ternyata mengompol. Hihihi

Mengompol (Enuresis) pada anak biasanya disebabkan oleh kandung kemih yang bermasalah, stres, gangguan tidur, terlalu banyak minum, keseimbangan hormon, dan karena ini tentang mengompol di kelas, maka saya menambahkan ketakutan anak terhadap guru sebagai faktor lainnya.

Kandung kemih siswa yang agak bermasalah menyebabkan terlambatnya hormon dalam mengirim sinyal bahwa urin sudah penuh. Hal ini sejalan dengan kasus salah satu murid saya yang saat ini sudah kelas 3 SMP. Sebut saja namanya Ujang (bukan nama sebenarnya).

Ujang mengatakan bahwa dulu di kelas 2 SD pernah mengompol di sekolah. Bukan karena takut minta izin dengan gurunya melainkan air seni yang sudah keduluan keluar sebelum sampai ke toilet. Padahal, ketika rasa ingin buang air kecil itu sudah ada, Ujang segera meminta izin kepada guru dan keluar kelas. Namun, dalam perjalanan ke toilet, Ujang terlanjur kebablasan. Hoho

Siswa SD Hari Ini Sudah Tidak Mengompol di Kelas
Sedikit heran sekaligus penasaran ketika saya melihat suasana SD hari ini. Setelah hampir tiga tahun mengajar, belum pernah saya temui siswa SD yang mengompol di kelas. Begitu pula dengan beberapa SD tetangga dan kabupaten lainnya, merata tidak ada lagi kabar tentang adanya siswa yang mengompol di kelas.

Padahal, di tahun 2000-an sering ditemukan siswa-siswi SD yang rela membasahi celana merahnya di kelas. Namun, nyatanya ini adalah kabar baik bagi SD berikut dengan gurunya.

Melihat keadaan ini, agaknya siswa SD sekarang sudah lebih terbuka baik kepada guru dan teman-temannya. Keberadaan PAUD dan TK sangat krusial, sehingga menjadikan siswa SD berani mengungkapkan apa yang ia rasakan dan alami.

Berbeda dengan awal tahun 2000-an di mana siswa SD kurang terbuka dengan keadaan dirinya. Terlebih lagi jika itu siswa kelas 1, ibaratkan "tidak berani dengan orang lain" selain dengan orangtuanya sendiri.

Karena persoalan ketakutan inilah siswa SD sanggup menahan kencing daripada harus unjuk tangan dan meminta izin kepada gurunya di kelas. Ibaratkan ember penampung hujan, jika sudah penuh pasti akan tumpah juga. Tinggal menunggu waktunya saja.

Begitu pula dengan guru-guru hari ini yang mulai meninggalkan sifat killer-nya. Guru hari ini cenderung demokratis dan mulai meninggalkan sifat otoriter saat di kelas. Entah itu karena takut dengan HAM, takut dengan orangtua siswa, atau takut dimarahi kepala sekolah, namun kita lebih mengharapkan bahwa guru benar-benar ingin mencerdaskan siswa dari segala aspek.

Dan terakhir, rasa malu siswa SD hari ini sudah meningkat. Bagi beberapa siswa, jangankan tentang mengompol di sekolah, memakai sepatu yang sudah mulai rusak saja mereka sudah malu.

Begitu pula tentang lawan jenis. Jika ada siswa laki-laki yang mengompol di kelas, mau taruh mana muka mereka. Bisa-bisa umpatan tentang hancing itu bertahan hingga bertahun-tahun. Wah, bertahun-tahun pula malunya.

Meskipun nanti di hari esok tidak menutup kemungkinan bahwa masih akan ada siswa SD yang mengompol di kelas, kita sebagai guru dan orangtua tidak bisa terus memakluminya. Memang benar jika dilihat dari aspek kesehatan, siswa SD cenderung masih mengompol.

Namun kita perlu menyenggol aspek lain untuk mencegahnya seperti mengurangi tingkat stres siswa serta membiasakannya untuk berani terbuka tentang dirinya dan tentang apa yang ia rasakan. Orang tua dan guru saja tidak mau melihat siswa sampai mengompol di sekolah, apalagi siswanya?

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun