Mengompol (Enuresis) pada anak biasanya disebabkan oleh kandung kemih yang bermasalah, stres, gangguan tidur, terlalu banyak minum, keseimbangan hormon, dan karena ini tentang mengompol di kelas, maka saya menambahkan ketakutan anak terhadap guru sebagai faktor lainnya.
Kandung kemih siswa yang agak bermasalah menyebabkan terlambatnya hormon dalam mengirim sinyal bahwa urin sudah penuh. Hal ini sejalan dengan kasus salah satu murid saya yang saat ini sudah kelas 3 SMP. Sebut saja namanya Ujang (bukan nama sebenarnya).
Ujang mengatakan bahwa dulu di kelas 2 SD pernah mengompol di sekolah. Bukan karena takut minta izin dengan gurunya melainkan air seni yang sudah keduluan keluar sebelum sampai ke toilet. Padahal, ketika rasa ingin buang air kecil itu sudah ada, Ujang segera meminta izin kepada guru dan keluar kelas. Namun, dalam perjalanan ke toilet, Ujang terlanjur kebablasan. Hoho
Siswa SD Hari Ini Sudah Tidak Mengompol di Kelas
Sedikit heran sekaligus penasaran ketika saya melihat suasana SD hari ini. Setelah hampir tiga tahun mengajar, belum pernah saya temui siswa SD yang mengompol di kelas. Begitu pula dengan beberapa SD tetangga dan kabupaten lainnya, merata tidak ada lagi kabar tentang adanya siswa yang mengompol di kelas.
Padahal, di tahun 2000-an sering ditemukan siswa-siswi SD yang rela membasahi celana merahnya di kelas. Namun, nyatanya ini adalah kabar baik bagi SD berikut dengan gurunya.
Melihat keadaan ini, agaknya siswa SD sekarang sudah lebih terbuka baik kepada guru dan teman-temannya. Keberadaan PAUD dan TK sangat krusial, sehingga menjadikan siswa SD berani mengungkapkan apa yang ia rasakan dan alami.
Berbeda dengan awal tahun 2000-an di mana siswa SD kurang terbuka dengan keadaan dirinya. Terlebih lagi jika itu siswa kelas 1, ibaratkan "tidak berani dengan orang lain" selain dengan orangtuanya sendiri.
Karena persoalan ketakutan inilah siswa SD sanggup menahan kencing daripada harus unjuk tangan dan meminta izin kepada gurunya di kelas. Ibaratkan ember penampung hujan, jika sudah penuh pasti akan tumpah juga. Tinggal menunggu waktunya saja.
Begitu pula dengan guru-guru hari ini yang mulai meninggalkan sifat killer-nya. Guru hari ini cenderung demokratis dan mulai meninggalkan sifat otoriter saat di kelas. Entah itu karena takut dengan HAM, takut dengan orangtua siswa, atau takut dimarahi kepala sekolah, namun kita lebih mengharapkan bahwa guru benar-benar ingin mencerdaskan siswa dari segala aspek.
Dan terakhir, rasa malu siswa SD hari ini sudah meningkat. Bagi beberapa siswa, jangankan tentang mengompol di sekolah, memakai sepatu yang sudah mulai rusak saja mereka sudah malu.
Begitu pula tentang lawan jenis. Jika ada siswa laki-laki yang mengompol di kelas, mau taruh mana muka mereka. Bisa-bisa umpatan tentang hancing itu bertahan hingga bertahun-tahun. Wah, bertahun-tahun pula malunya.