Agar anak terbiasa baik, senantiasa berusaha menjadi baik, dan memperbanyak syukur.
Guru SD "Rawan Dosa"
Karena SD adalah peletakan dasar pendidikan, guru semestinya selalu mengajarkan hal-hal positif, bermaslahat, benar, dan menjadi tauladan baik. Sebaiknya bukan sekadar teori karena anak lebih suka dengan hal-hal konkret dan dekat dengan mereka.
Terang saja, anak SD mudah sekali meniru dan menghafal, apalagi meniru istilah aneh dan menghafal lagu. Hebatnya, ingatan dan tiruan ini bisa bertahan lama bahkan hingga mereka dewasa dan menua.
Bayangkan saja jika guru SD membekali ilmu yang salah, sikap yang nyeleneh, dan kata-kata kotor. Tidak terhitung sebanyak apa dosa guru SD, karena anak-anak akan mengamalkan ajaran guru hingga mereka dewasa.
Jika ini soal ilmu atau teori-teori buku, mungkin bisa berubah seiring bertambahnya wawasan anak. Tapi jika ini adalah soal etika, adab, dan ibadah maka akan susah mengubahnya. Ketiga hal ini hanya bisa diubah jika anak-anak berkali-kali mengubah diri dengan pembiasaan yang baik.
Dari sinilah terlihat bahwa peran guru SD itu sangatlah krusial dan rawan akan dosa. Maka darinya, guru SD harus hati-hati dan jangan menganggap remeh materi ajar, adab, serta ibadah anak.
Semuanya harus diajarkan secara benar, dan yang menjadi ukuran benar itu adalah sesuai dengan dalil jika nilainya ibadah, sesuai teori jika nilainya pengetahuan, dan sesuai dengan etika jika nilainya adalah etiket.
Jika guru SD melaksanakan semua hal ini, maka yakinlah bahwa amal jariyahnya begitu membludak bahkan hingga sepanjang masa. Anak-anak SD bisa jadi ladang investasi pahala, selama guru ikhlas dan tulus dalam mengajar.
Maka dari itulah profesi guru itu mulia, tanpa tanda jasa. Karena guru adalah pelayan publik.
Salam.